Previous Part
Persahabatan dan Kematian part 12
Apa yang ada dibalik pintu itu
membuat mereka berenam terkejut. Cahaya senter dan lilin yang terdapat dalam
kamar, membuat pemandangan yang mereka lihat sangat jelas. Semua bayangan itu
berkumpul disana. Tak disangka, Rio, Alvin, Cakka da Ray tiba-tiba bisa melihat
sosok asli semua bayangan itu. Sekarang Rio bisa melihat dengan jelas sosok
yang selalu menghantuinya selama ini. Begitupun dengan Alvin, Cakka dan Ray.
“Kak Tian…” panggil Rio. Sosok
yang sangat mirip dengan Tian melihat. Wajahnya sangat pucat. Tak sepatah pun
kata keluar dari mulut Tian. Ia hanya menatap Rio dengan tatapan penuh
kebencian.
Walaupun hanya diterangi cahaya lilin, Rio bisa merasakan tatapan benci dari sosok Tian.
Walaupun hanya diterangi cahaya lilin, Rio bisa merasakan tatapan benci dari sosok Tian.
“Kenapa?” tanya Rio. Sosok Tian
menghilang.
“Kak! Kak Tian!” panggil Rio.
Menghilangnya sosok Tian diikuti oleh sosok yang lain. Seketika itu juga,
cahaya lilin redup meninggalkan Rio, Alvin, Ray, Cakka, Ify, dan Shilla dalam
keadaan bingung.
“Gue harus cari kak Tian” kata
Rio. Ia berlari dalam kegelapan meninggalkan villa itu. Alvin dan yang lainnya
tak bisa menyusul Rio.
“Rio!” panggil Alvin. Mereka
berusaha mengejar Rio. Sampailah mereka di luar villa. Tak ada tanda-tanda
bahwa Rio disana.
“Sial! Kemana Rio?” tanya Cakka.
Ia melihat kesekeliling lokasi villa itu.
“Cakka! Shilla, Cak! Shilla nggak
ada!” kata Alvin
“Shilla!!” kata Cakka cemas.
Tiba-tiba ia melihat Shilla masuk kembali ke dalam villa.
“Shilla!” Cakka mengejar Shilla.
Shilla sudah terlanjur masuk ke dalam villa itu. Cakka berniat menyusul Shilla.
Tapi, pintu villa itu terkunci. Cakka menggedor pintu itu. ia mencoba mendobrak
pintu itu.Tapi ia tak bisa. Ia tak cukup kuat untuk mendobrak pintu villa yang
berukuran besar itu
“Sial! Shilla!” panggil Cakka.
Alvin menghampiri Cakka. Saat Alvin sedang menghampiri Cakka, tiba-tiba Alvin
mendengar suara teriakan Ray dan Ify.
“Ray! Ify!” kata Alvin. Alvin
tidak menemukan keduanya lagi. Sekarang tinggal dia dan Cakka.
“Kenapa semuanya ngilang?” tanya
Alvin.
“Gue harus nyusul Shilla ke
dalam” kata Cakka.
“Tunggu, Cak. Kita nggak boleh
kepisah. Kita ikutin aja permainan mereka” kata Alvin. Cakka tampak berpikir.
Ia pun mengangguk. Mereka berdua menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sementara itu, Rio terus berlari.
Ia tak peduli kemana kakinya melangkah. Sampailah Rio ditengah hutan.
“Gue dimana?” tanya Rio.
Tiba-tiba sesosok bayangan lewat di belakangnya. Ia menoleh. Tak ada
siapa-siapa.
“Kak Tian! Rio tau kalau itu
kakak. Kenapa kakak tega ngelakuin semua ini?” tanya Rio. Tak ada jawaban.
“Kak Tian!!!” panggil Rio. Rio
jatuh terduduk melihat sosok Tian menampakkan dirinya.
“Aku benci kalian semua. Saat aku
hilang, kalian ngelupain aku. 2 hari aku mencari kalian. Aku seperti orang
bingung. Sampai akhirnya aku sekarat dan mati di hutan ini” jawab Tian. Rio terkejut.
“Aku nggak…” kata-kata Rio
terputus.
“Aku ingin kalian semua ngerasain
apa yang aku rasain selama ini” kata-kata Tian penuh rasa kebencian. Rio
berdiri dan berjalan menghampiri Tian.
“Kak Tian salah. Mama, papa dan
aku terus mencari kakak. Polisi pun nggak bisa nemuin kakak. Sampai kita semua
putus asa dan nganggap kalau kakak itu udah meninggal” kata Rio.
“Kak, apa kakak nggak peduli sama
mama? Mama sekarang dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi atas kematian
papa. Kakak tega udah ngebunuh papa. Kakak juga, kan yang udah ngebunuh Keke
dan Deva. Apa salah mereka, kak?” Rio melanjutkan.
“Aku ingin kamu ngerasain penderitaanku” jawab
Tian. Rio merasa kalau ini bukan sosok Tian yang asli.Next Part >>>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar