Keesokan harinya di rumah Cakka….
“Hei, ayo masuk” ajak Cakka. Rio,
Alvin, Ray, Ify dan Shilla masuk ke dalam rumah Cakka.
“Om Hanny mana, Cak?” tanya
Shilla.
“Bokap lagi di kamar. Bentar lagi
turun” jawab Cakka. Benar saja, tak lama kemudian om Hanny, papa Cakka menemui
Cakka dan teman-temannya.
“Hai, om” sapa Rio cs.
“Hai, kalian teman-teman Cakka,
ya?” tanya om Hanny.
“Iya, om. Gimana perjalanan
bisnisnya, om?” tanya Rio.
“Melelahkan. Om harus bolak balik
Jakarta-Swiss satu bulan kemarin. Jadi nggak ada waktu buat nemenin Cakka di
rumah” jawab om Hanny.
“Oh ya, pa. Cakka bawa
temen-temen ke belakang ya” kata Cakka.
“Iya” jawab om Hanny. Cakka
mengajak teman-temannya ke kolam renang yang terletak di belakang rumah Cakka.
“Mau berenang ya, Cak?” tanya Ray.
“Ya nggak lah. Lebih enak ngobrol
disini” jawab Cakka. Pembantu Cakka datang membawakan makanan yang yang dibawa
papa Cakka dari luar negeri. Makanan itu, langsung diserbu oleh teman-temannya.
“Wah, kayak ngerebutin sembako lo
semua” kata Cakka.
“Kalau situasi kayak gini wajib,
Cak. Jarang-jarang gue bisa makan cokelat Swiss” jawab Alvin. Mereka semua
tertawa. Hari itu mereka habiskan di rumah Cakka. Mereka juga sempat
menceburkan Ray ke dalam kolam.
“Oh ya, lusa gue ulang tahun. Gue
mau ngerayain di luar. Lo semua pada mau ikut, kan?” tanya Alvin.
“Sip” jawab teman-temannya
serempak. Sekitar pukul 2 siang, mereka pulang.
“Shil, gue antar ya?” tawar Rio.
Shilla mengangguk.
“Ya udah, kita semua pulang dulu
ya…” kata Ray. Alvin dan Ify pulang naik mobil, Ray pulang naik motornya, dan
Rio pulang naik Motty membonceng Shilla.
“Shil, besok lo ada acara?” tanya
Rio.
“Nggak. Emang ada apa?” tanya
Shilla.
“Temenin gue beli kado buat si
Alvin” jawab Rio.
“Boleh. Gue juga mau beli kado”
kata Shilla. Setelah mengantar Shilla, Rio menyempatkan diri pergi ke makam
Keke, Deva dan papanya. Sesampainya di tempat pemakaman, Rio menepuk dahinya.
“Mati gue! Gue lupa!” kata Rio.
Setelah ia berdoa di depan makam ketiga orang yang disayanginya, ia segera
memacu motornya kembali ke rumah.
“Ma….!! Mama!” panggil Rio.
“Ma….!! Mama!” panggil Rio.
“Iya, ada apa? Nggak usah pake
teriak-teriak, Rio” jawab mamanya.
“Mama masih inget kak Tian, kan?”
tanya Rio.
“Ya, dong. Masa mama lupa sama
anak sendiri” jawab mama Rio.
“Rio tau dimana makam kak Tian,
ma” kata Rio.
“Ha? Dimana?” tanya mama Rio.
“Di deket villa tempat kita
terakhir pergi liburan dulu” jawab Rio. Rio menelepon teman-temannya. Setelah
itu, Cakka dan yang lainnya datang.
“Kemana, Yo?” tanya Cakka.
“Ke makam ka Tian” jawab Rio.
“Dimana, kak?” tanya Ify.
“Deket villa” jawab Rio. Mobil
Cakka melesat ke arah villa. Mereka sampai di villa.
“Kak Tian bilang, di belakang
villa di deket pohon cemara” batin Rio. Rio mengajak mama dan teman-temannya ke
belakang villa. Tampaklah sebuah makam di samping pohon cemara disana. Rio
berjalan menuju makam itu. Tidak ada nama di nisan itu.
“Kamu yakin, ini makam kakakmu,
Yo?” tanya mama Rio. Rio mengangguk.
“Waktu Rio koma, kak Tian sempet
datang dalam mimpi Rio, ma. Dia bilang disini” jawab Rio. Tiba-tiba, seorang
bapak-bapak datang menghampiri Rio.
“Permisi, den. Ada yang bisa saya
bantu?” tanya bapak itu.
“Eh, iya pak. Mau tanya ini makam
siapa, ya?” tanya Rio.
“Kalau bapak tidak salah, ini
makam anak laki-laki yang kayaknya hilang 3 tahun lalu. Orang-orang nemuin dia
sudah meninggal di tengah hutan. Bapak makamin aja dia disini” jawab bapak itu.
“Makasih ya, pak” kata Rio. Bapak
itu mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Pasti ini makam kak Tian” kata
Rio. Mamanya mengangguk. Mama Rio berdoa sejenak di makam putra sulungnya itu.
Setelah itu, mereka semua pulang.
Di rumah Rio…
“Rio, mama bersyukur akhirnya
bisa menemukan makam Tian” kata mama Rio. Rio tersenyum lalu memeluk mamanya.
“Rio juga bersyukur, ma. Karena
Rio masih punya mama disini dan akhirnya mama sembuh” jawab Rio.
“Ya udah, kamu mandi gih. Mama
masak makan malam dulu” kata mama Rio. Rio menurut. Sesampainya di kamar, Rio
mendengar suara yang berasal dari kamar Tian. Karena penasaran, Rio membuka
pintu kamar Tian yang sudah lama tidak dibuka.
“Kak..” panggil Rio. Tian berada
di dalam kamar itu. ia menoleh dan tersenyum pada adiknya.
“Thanks, Yo. Kamu udah bawa mama
ke makam kakak. Kakak bener-bener kangen sama mama” kata Tian.
“Iya, kak” jawab Rio.
“Oh ya, ini mungkin terakhir
kalinya aku nemuin kamu sebelum aku bener-bener pergi. Aku minta kamu jagain
mama dan tolong urusin kamar aku ini” pesan Tian. Rio tersenyum.
“Pasti, kak” Lalu, Tian
menghilang dari hadapan Rio. Sebuah senyum dari Rio mengiringi kepergian Tian.
Sekarang dia benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Rio kembali ke kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju, Rio menemani mamanya makan malam.
Sekarang dia benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Rio kembali ke kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju, Rio menemani mamanya makan malam.
Keesokan harinya…
“Ma, Rio pergi bareng Shilla, ya”
kata Rio.
“Iya. Mama perhatiin akhir-akhir
ini kamu deket sama Shilla, ya?” komentar mama Rio. Rio tersenyum.
“Rio pergi ya, ma” Rio mencium
tangan mamanya, lalu memacu Motty ke rumah Shilla. Setelah menjemput Shilla,
Rio segera memacu motornya ke sebuah pusat pertokoan. Mereka mencari kado yang
tepat untuk Alvin.
“Lo beli apa, Shil?” tanya Rio.
Shilla menunjuk sebuah kupluk berwarna abu-abu.
“Bagus juga selera lo” puji Rio.
“Kalo lo beli apaan?” tanya
Shilla.
“Wrist band keren warna biru”
jawab Rio. Setelah membayar belanjaan. Rio mengajak Shilla ke toko buku.
“Beli buku apa, Yo?” tanya
Shilla.
“Beli novel” jawab Rio. Setelah
ia menemukan novel yang akan dibelinya, Rio membayar novel tersebut. Lalu, ia
mengakhiri jalan-jalannya dengan Shilla di sebuah warung makan di pinggir
jalan.
“Lo suka makan di tempat ini, ya
Yo?” tanya Shilla.
“Iya. Lebih enak nikmatin suasana
malam disini. Kesannya lebih nyata” jawab Rio.
“Gue juga” komentar Shilla.
Setelah makan malam, Rio mengantar Shilla pulang. Lalu, ia pulang ke rumahnya
sendiri. Sesampainya di rumah, Rio langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan
tubuhnya ke tempat tidur. Besok adalah hari ulang tahun Alvin.
Hari ulang tahun Alvin di sebuah
studio band.
“Kok disini, Vin?” tanya Cakka.
“Gue ngerayain ulang tahun
sekaligus ngeresmiin studio band gue” jawab Alvin.
“Wah, keren ni studio, Vin” puji
Ray sambil memegang drum yag ada di studio itu.
“Kenapa, Ray? Pengin nostalgia
sama drum itu?” tanya Alvin. Ray mengangguk antusias.
“Sabar dulu, bro. Makan dulu”
kata Rio. Mereka berenam merayakan ulang tahun Alvin dengan makan-makan di
dalam studio band Alvin. Memang sederhana tapi sangat berarti untuk mereka. Tak
lupa mereka berlima memberikan kado pada Alvin.
“Sumpah, hari ini hari ultah gue
yang paling berarti” kata Alvin.
“Gimana kalo kita bikin band?”
usul Ify. Yang lain saling berpandangan.
“Setuju!” seru mereka serempak.
Akhirnya mereka berenam sepakat untuk membuat band.
“Moga persahabatan kita ini erat”
doa Shilla.
“Amin” teman-temannya
meng-aminkan.
“Gue sadar, kalo kita nggak boleh
sia-siain hidup kita” kata Ray.
“Iya, dan gue nemuin hal yang
terbesar dalam hidup gue” tambah Rio.
“Apaan tuh?” tanya Ify.
“Persahabatan dan kematian” jawab
Rio. Teman-temannya terlihat bingung.
“Kita nggak boleh nyia-nyiain
persahabatan yang kita jalin selama ini karena sahabat juga punya andil besar
dalam hidup ini. Juga cinta yang diberikan orang-orang sekitar kita. Terutama
ortu. Dan kematian, coba lo pikir, kita ini hidup untuk mati, kan?” jawab Rio.
“Iya. Kita semua pasti mati”
tambah Shilla.
“Makanya kita harus gunain hidup
kita sebaik-baiknya” kata Alvin.
“Makasih ya, selama ini lo semua
ada di samping gue. Dan bantuin lewatin masa-masa sulit gue” kata Cakka.
“Gue juga. Tanpa kalian, masalah
menyeramkan tempo hari nggak akan selesai” tambah Shilla. Mereka semua
menghabiskan waktu di studio band Alvin. Mereka berenam berjanji untuk tidak
akan pernah melupakan hari itu dan akan menjaga persahabatan mereka sampai
kematian datang menjemput mereka.
Next Part >>>>>
Next Part >>>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar