I dunno why but I need to wrote this all.
Tomorrow is Alvin's birthday, and I didn't feel as excited as before. I think I just stop get addicted with him, I dunno, I felt really bad to him, and Shilla too. I just forgetting both of them since I get into kpop and exo, and maybe I've totally leaving icil fandom now. Sorry, maybe most of this blog viewers visited this blog because of all the icil things that i've posted here. But I think I won't post any icil things on this blog (persahabatan and kematian might be the last icil thing post)
This blog was like dedicated for Alshill, i've even made a twitter account for fangirling over them and introduce my self as 'annis jo' (fyi annis taken from my real name, and jo taken from alv's middle name). I was tweeted about alshill all the time (I also made a lot of friends from icil fandom) and posting all about them here. But suddenly i accidentally fell into a new world named kpop, and then i just tweeting about how awesome and handsome all kpop male idol was and stop tweeting about Alshill (and maybe stop supporting them too). I felt really bad, I still remember I was tweeted that I will supporting them no matter what, but...sorry I broke my promise. I even deleted all icil files and started filled my notebook with a lot of exo thingy. Sorry, some of you (or maybe Alshill to, even they don't even know that i was exist) might be disappointed. I felt really really bad and rude, but this is my decision.
I'm really sorry guys and goodbye.
little note:
Sorry for the grammatical error, lol, i'm still learning..
Kamis, 19 September 2013
Minggu, 01 September 2013
Persahabatan dan Kematian Part 16 (ENDING)
Persahabatan dan Kematian Part 16 (ENDING)
## 5 tahun kemudian ##
Sudah lama Rio, Shilla, Ify,
Alvin, Ray dan Cakka bersahabat. Band yang mereka dirikan bersama terpaksa
vakum karena urusan mereka masing-masing. Walaupun begitu, mereka persahabatan
mereka berenam tetap utuh.
5 tahun kemudian…
Di ruang tunggu sebuah bandara di
Amerika..
“Oh no! Ni bandara atau terminal,
sih? Lama amat berangkatnya. Pake ditunda segala lagi” seorang cowok gondrong
nan gagah sibuk ngedumel di bandara. Ya, dialah Ray. Ray sekarang sedang
melanjutkan kuliahnya di Amerika. Ia mengambil strata dua jurusan hubungan
internasional. Hari ini, Ray akan pulang ke Indonesia. Kuliahnya sedang break
karena libur musim panas. Pesawat yang akan membawa Ray ke Indonesia
keberangkatannya ditunda. Hal ini membuat Ray ngedumel sendiri di ruang
tunggu. Seorang bule yang duduk di sebelah Ray memandangnya bingung. Ray yang merasa diperhatikan jadi risih. Dipelototinya bule itu.
tunggu. Seorang bule yang duduk di sebelah Ray memandangnya bingung. Ray yang merasa diperhatikan jadi risih. Dipelototinya bule itu.
“Ape lo bule?” tanya Ray dengan
galak. Si bule yang tidak mengerti dengan bahasa Ray buru-buru mengalihkan
pandangannya. Satu jam kemudian, penumpang pesawat yang akan berangkat ke
Indonesia dipersilahkan naik ke pesawat. Ray duduk di seat yang sudah tertera
di tiketnya. Kira-kira setengah jam ia duduk di pesawat. Pesawat itu tidak juga
berangkat.
“Gila! Lelet banget ni pesawat”
omel Ray. Ia melihat ke kursi penumpang yang ada di sebelahnya. Belum ada
penumpang. Ray mengerti kenapa pesawat yang ditumpanginya tak juga berangkat.
“Hm..pantesan! Lelet banget
penumpangnya. Siapa sih, yang duduk disini?” Ray bertanya-tanya. Tiba-tiba
seorang cewek masuk ke dalam pesawat dengan napas yang ngos-ngosan. Ia mencari
seatnya. Lalu, ia duduk di kursi penumpang di sebelah Ray. Ray menoleh pada
cewek itu. Dipandanginya cewek itu. Wajah cewek itu sangat familiar. Cewek itu
risih karena diperhatikan oleh Ray. Ia pikir cowok yang duduk disebelahnya
adalah bule.
“Heh, bule! Ngapain lo liatin
gu..” kata-kata cewek itu terputus ketika melihat wajah cowok yang duduk di
sebelahnya.
“Ray!” kata cewek itu terkejut.
Ray ingat cewek itu setelah mendengar suaranya.
“Ify!” jawab Ray. Ia tidak
menyangka akan bertemu dengan Ify.
“Kok lo disini?” tanya Ray pada
Ify yang menurutnya semakin cantik.
“Ya kuliahlah. Masa gue mau
ngamen disini. Gue kangen banget sama lo” kata Ify.
“Gue juga” jawab Ray.
“Tapi lo kebangetan ya, Ray. Lo
nggak pernah nelfon gue lagi” kata Ify.
“Ya, mana gue tau kalo lo itu
bakalan kuliah disini juga. Lagian nomer lo nggak aktif lagi” jawab Ray. Ify
nyengir.
“Hehehe. Iya, gue ganti nomer”
kata Ify.
“Lo diundang, Ray?” tanya Ify.
Ray mengerti apa maksud dari pertanyaan Ify. Ray mengangguk.
“Ya iyalah. Pas gue denger, gue
langsung kaget” jawab Ray.
“Gue juga. Kak Alvin ngasih tau
gue. Habis itu gue langsung pesen tiket” kata Ify. Ray benar-benar terpesona
melihat Ify yang sekarang. Rambut Ify sekarang bergelombang. Ify pun sekarang
jadi lebih stylish. Tak lama kemudian, pesawat itu pun lepas landas. Selain
untuk berlibur, kepulangan Ray dan Ify ke Indonesia adalah untuk menghadiri
moment pertunangan sahabat mereka, Rio dan Shilla. Ya, Rio akan bertunangan
dengan Shilla. Acaranya akan diadakan lusa. Akhirnya Ray dan Ify sampai juga di
bandara Soekarno-Hatta.
“Heh, Indonesia i’m back” kata
Ray.
“Lo dijemput, Ray?” tanya Ify.
“Mungkin. Lo Fy?” tanya Ray
balik. Ify mengangguk.
“Kak Alvin sama yang lainnya
jemput gue” jawab Ify. Terdengar seseorang memanggil Ify. Ify menoleh.
“Itu mereka, kesana yuk” ajak
Ify. Ify dan Ray bergegas menuju sumber suara yang memanggil Ify.
“Kak Alvin!” seru Ify. Ia memeluk
kakak tercintanya itu
“Ray!” seru seseorang. Ia adalah
Cakka.
“Yo!” sapa Ray.
“Lo balik kenapa nggak
bilang-bilang?” tanya Rio.
“Gue rencananya mau kasih kejutan
buat kalian semua. Terutama sweet couple kita ini” jawab Ray.
“Gila, gue pulang ternyata udah
tunangan aja lo berdua. Kagak dapet jatah PJ deh gue” lanjut Ray. Rio, Alvin,
Shilla, Cakka dan Ify tertawa. Mereka berenam meninggalkan bandara. Mereka
pergi makan ke sebuah restoran.
Di restoran…
“Eh Yo, gimana kerjaan lo?” tanya
Ray.
“Baik-baik aja” jawab Rio.
Sekarang, Rio sudah menjadi manager sebuah perusahaan.
“Kuliah lo gimana, Ray?” tanya
Cakka.
“Lancar. Kalo lo?” tanya Ray.
“Gue juga lancar. Tahun depan gue
wisuda S2 gue” jawab Cakka.
“Kuliah kamu gimana, Fy?” tanya
Alvin.
“Lancar banget, kak. Ify jadi
anak kesayangan dosen disana” jawab Ify.
“Wah, wah. Adek gue emang selalu
bikin bangga” kata Alvin.
“Perusahaan rekaman lo apa
kabarnya, Vin?” tanya Ray.
“Baik, kok” jawab Alvin. Alvin
sekarang menjadi seorang direktur perusahaan rekaman.
“Shil, gimana cara kak Rio
ngelamar lo?” tanya Ify. Shilla tertawa.
“Rio ngelamar Shilla di warteg”
jawab Cakka. Ray dan Ify melongo.
“Ha? Yang bener?” tanya Ify dan
Ray berbarengan.
“Hahaha, iya. Pas Rio ngelamar
gue, orang-orang yang lagi pada makan disana pada nontonin kita. Tapi gue nggak
bakalan lupa sama moment itu” jawab Shilla. Tiba-tiba hp Shilla berbunyi. Ada
sebuah pesan untuknya. Dibacanya pesan itu.
“Dari siapa, Shil?” tanya Rio.
“Pelanggan. Biasa, minta order
baju” jawab Shilla. Siang itu, mereka berenam bernostalgia ria bersama.
Keesokan harinya, Ray pergi
sebuah makam. Makam Olivia.
“Hai, Liv. Udah 5 tahun gue nggak
kesini. Gue kangen banget sama lo” kata Ray. Ia banyak bercerita di makam
Olivia dan berdoa sejenak.
“Moga lo tenang disana” kata Ray.
Terdengar sebuah bisikan yang sangat dikenal Ray.
“Aku harap kamu bahagia, Ray”
bisik suara itu.
“Oliv?” panggil Ray. Tidak ada
jawaban lagi. Ray tersenyum.
“Pasti. Gue pasti bahagia” kata
Ray.
Sementara itu, Rio berada di
makam Keke, Deva dan papanya. Shilla ikut menemani Rio.
“Ke, besok gue akan tunangan sama
Shilla. Gue mohon doa dari lo. Dan asal lo tau, kehadiran lo nggak akan pernah
terganti di hati gue” kata Rio.
“Keke, gue mau izin sama lo. Gue
janji akan jagain Rio. Semoga lo tenang disana” tambah Shilla.
“Gue akan selalu doain lo berdua”
terdengar sebuah suara yang lembut. Rio dan Shilla tersenyum. Setelah itu,
mereka berdua beranjak dari makam Keke menuju makam Deva dan papa Rio. Mereka
berdoa disana.
“Kita pergi sekarang?” tanya Rio.
Shilla mengangguk. Rio memacu mobilnya ke makam Tian.
“Kak, aku datang lagi. Besok aku
tunangan sama Shilla. Aku mohon doa dari kakak. Semoga kakak tenang disana”
kata Rio. Setelah berdoa disana, Rio dan Shilla pulang. Setelah mereka
meninggalkan makam Tian, terlihat sesosok seorang cowok berdiri di bawah pohon
cemara di dekat makam.
“Aku akan selalu doain
kebahagiaan kamu dan kamu harus tau kalau aku udah tenang disini” kata cowok
itu.
Malam harinya, keenam sahabat itu
berkumpul bersama di rumah Rio. Rumah Rio sudah di dekorasi sedemikian rupa
untuk acara besok.
“Dekorasinya keren, Yo” puji
Alvin.
“Ya iyalah, Rio gitu loh” jawab
Rio.
“Oh ya, Shil. Besok lo pake baju
apa?” tanya Ify.
“Gue pake kebaya yang udah gue
desain sendiri” jawab Shilla.
“Tunangan gue ini emang selalu
bikin gue kagum” kata Rio. Shilla tersenyum.
“Calon. Inget, masih calon” kata
Cakka. Mereka semua tertawa.
“Besok lo semua musti datang
tepat waktu” kata Rio. Mereka berenam menghabiskan waktu bersama di rumah Rio.
Sekitar pukul setengah sepuluh malam, mereka pamit pulang.
Hari H pertunangan Rio dan
Shilla…
Shilla nampak cantik dengan
kebaya modern berwarna cokelat itu. Sepadan dengan Rio yang memakai kemeja
putih dan jas cokelat.
“Kamu cantik banget malam ini,
Shil” puji Rio. Shilla tersenyum sangat manis.
“Kamu juga ganteng malam ini”
balas Shilla sambil merapikan dasi Rio.
“Ehem!” terdengar seseorang
berdehem.
“Alvin? Lo bareng Sivia?” tanya
Rio. Alvin mengangguk.
“Selamat ya, bro. Gue tunggu
undangan pernikahan lo” jawab Alvin yang malam itu
datang dengan Sivia. Penyanyi pendatang baru sekaligus pacar Alvin.
datang dengan Sivia. Penyanyi pendatang baru sekaligus pacar Alvin.
“Rio, Shilla. Selamat ya” kata
Sivia.
“Makasih, Vin, Via” jawab Shilla.
Tak lama kemudian, terlihat Cakka yang datang bersama Agni, juniornya di
kampus.
“Selamat, Rio, Shilla” kata Cakka
dan Agni.
“Thanks, yah. Oh ya, Vin. Ify
mana?” tanya Rio.
“Katanya tadi nyusul” jawab
Alvin.
“Ray juga belum datang” kata
Shilla.
“Ah, payah nih mereka berdua”
komentar Cakka. Setengah jam kemudian, datanglah seorang cowok dan seorang
cewek bersama. Mereka tampak serasi. Si cewek mengenakan dress selutut berwarna
biru dan si cowok memakai kemeja biru dan jas putih.
“Wow….” komentar Sivia.
“Kenapa, Via?” tanya Alvin. Sivia
menunjuk pada pasangan yang baru datang itu.
“Tu cowok ganteng banget” Agni
terpesona. Cakka merasa tersaingi.
“Ah, masa? Gantengan juga gue”.
Eh, perasaan gue tau sama tuh cowok” kata Cakka.
“Itu Ray!” kata Rio. Ia memanggil
Ray dan Ify.
“Wah, lo berdua kagak
bilang-bilang mau datang bareng” protes Cakka. Ray cengengesan.
“Hm…pantesan kamu tadi diajak
bareng nggak mau” kata Alvin.
“Hehe…peace kak” kata Ify.
“Oh ya, Vin. Gue mau minta izin
sama lo. Gue mau pdkt sama adek lo yang cantik ini” kata Ray. Yang lain
tertawa.
“Gue sih nggak keberatan” jawab
Alvin.
“Yes!!!” kata Ray.
“Shil, lo cantik banget” puji
Ify.
“Makasih. Lo juga cantik kok.
Sebanding sama Ray” kata Shilla.
“Ha? jadi gue cantik?” tanya Ray.
“Ya nggaklah. Maksud gue Ify
sebanding sama lo. Dia cantik, elo ganteng” jawab Shilla.
“Yes, Shilla aja bilang gue
ganteng” kata Ray. Mereka tertawa. Setelah itu, acara yang sebenarnya dimulai.
Rio menyematkan sebuah cincin di jari Shilla. Shilla pun begitu. Tepuk tangan
meriah diberikan pada pasangan itu. Ify tampak terharu melihat Rio dan Shilla.
“Shil, makasih banget ya, selama
5 tahun ini kamu udah mau jadi sahabat dan pacar aku. Dan sekarang kamu udah
jadi tunangan aku. Kamu juga menemaniku disaat-saat sulit seperti saat
menyeramkan 5 tahun lalu.” kata Rio
“Aku juga, Rio. Walaupun aku
nggak bisa ngegantiin Keke di hati kamu, tapi aku harap aku bisa ngisi ruang
yang kosong di hati kamu, Rio” jawab Shilla.
“Pasti” balas Rio. Malam itu
menjadi malam yang paling indah bagi Rio dan Shilla, dan juga bagi keempat
sahabat mereka. Rio teringat pada ucapannya saat ulang tahun Alvin 5 tahun
lalu, hal yang paling
besar dalam hidup adalah persahabatan, cinta dan kematian yang pasti akan datang menghampiri dirinya dan teman-temannya.
besar dalam hidup adalah persahabatan, cinta dan kematian yang pasti akan datang menghampiri dirinya dan teman-temannya.
“Sekali lagi, selamat ya
Rio-Shilla!” ucap Ray.
Setelah 5 tahun berlalu, mereka
tetap bersahabat erat. Bahkan diantara mereka ada yang jadi jodoh.
The End
AKHIRNYAAAA ENDING JUGA:D Udah lunas ya utang gue ke kalian-kalian yang nungguin fics ini. Ini kayaknya fics icil terakhir yang gue re-post. Mungkin kalaupun gue muncul lagi dengan fics dengan cast exo. Sebenernya sih udah ada fics yang lagi 'on process' cuma ga tau bakal di post atau ngga hehehe. Oke deh, see ya in next posting. Bagi yang mau baca ulang fics ini, bisa di mulai dari sini. see ya in my another fics maybe, if i'm not lazy or shy to post it? hehe.
AKHIRNYAAAA ENDING JUGA:D Udah lunas ya utang gue ke kalian-kalian yang nungguin fics ini. Ini kayaknya fics icil terakhir yang gue re-post. Mungkin kalaupun gue muncul lagi dengan fics dengan cast exo. Sebenernya sih udah ada fics yang lagi 'on process' cuma ga tau bakal di post atau ngga hehehe. Oke deh, see ya in next posting. Bagi yang mau baca ulang fics ini, bisa di mulai dari sini. see ya in my another fics maybe, if i'm not lazy or shy to post it? hehe.
Persahabatan dan Kematian Part 15
Keesokan harinya di rumah Cakka….
“Hei, ayo masuk” ajak Cakka. Rio,
Alvin, Ray, Ify dan Shilla masuk ke dalam rumah Cakka.
“Om Hanny mana, Cak?” tanya
Shilla.
“Bokap lagi di kamar. Bentar lagi
turun” jawab Cakka. Benar saja, tak lama kemudian om Hanny, papa Cakka menemui
Cakka dan teman-temannya.
“Hai, om” sapa Rio cs.
“Hai, kalian teman-teman Cakka,
ya?” tanya om Hanny.
“Iya, om. Gimana perjalanan
bisnisnya, om?” tanya Rio.
“Melelahkan. Om harus bolak balik
Jakarta-Swiss satu bulan kemarin. Jadi nggak ada waktu buat nemenin Cakka di
rumah” jawab om Hanny.
“Oh ya, pa. Cakka bawa
temen-temen ke belakang ya” kata Cakka.
“Iya” jawab om Hanny. Cakka
mengajak teman-temannya ke kolam renang yang terletak di belakang rumah Cakka.
“Mau berenang ya, Cak?” tanya Ray.
“Ya nggak lah. Lebih enak ngobrol
disini” jawab Cakka. Pembantu Cakka datang membawakan makanan yang yang dibawa
papa Cakka dari luar negeri. Makanan itu, langsung diserbu oleh teman-temannya.
“Wah, kayak ngerebutin sembako lo
semua” kata Cakka.
“Kalau situasi kayak gini wajib,
Cak. Jarang-jarang gue bisa makan cokelat Swiss” jawab Alvin. Mereka semua
tertawa. Hari itu mereka habiskan di rumah Cakka. Mereka juga sempat
menceburkan Ray ke dalam kolam.
“Oh ya, lusa gue ulang tahun. Gue
mau ngerayain di luar. Lo semua pada mau ikut, kan?” tanya Alvin.
“Sip” jawab teman-temannya
serempak. Sekitar pukul 2 siang, mereka pulang.
“Shil, gue antar ya?” tawar Rio.
Shilla mengangguk.
“Ya udah, kita semua pulang dulu
ya…” kata Ray. Alvin dan Ify pulang naik mobil, Ray pulang naik motornya, dan
Rio pulang naik Motty membonceng Shilla.
“Shil, besok lo ada acara?” tanya
Rio.
“Nggak. Emang ada apa?” tanya
Shilla.
“Temenin gue beli kado buat si
Alvin” jawab Rio.
“Boleh. Gue juga mau beli kado”
kata Shilla. Setelah mengantar Shilla, Rio menyempatkan diri pergi ke makam
Keke, Deva dan papanya. Sesampainya di tempat pemakaman, Rio menepuk dahinya.
“Mati gue! Gue lupa!” kata Rio.
Setelah ia berdoa di depan makam ketiga orang yang disayanginya, ia segera
memacu motornya kembali ke rumah.
“Ma….!! Mama!” panggil Rio.
“Ma….!! Mama!” panggil Rio.
“Iya, ada apa? Nggak usah pake
teriak-teriak, Rio” jawab mamanya.
“Mama masih inget kak Tian, kan?”
tanya Rio.
“Ya, dong. Masa mama lupa sama
anak sendiri” jawab mama Rio.
“Rio tau dimana makam kak Tian,
ma” kata Rio.
“Ha? Dimana?” tanya mama Rio.
“Di deket villa tempat kita
terakhir pergi liburan dulu” jawab Rio. Rio menelepon teman-temannya. Setelah
itu, Cakka dan yang lainnya datang.
“Kemana, Yo?” tanya Cakka.
“Ke makam ka Tian” jawab Rio.
“Dimana, kak?” tanya Ify.
“Deket villa” jawab Rio. Mobil
Cakka melesat ke arah villa. Mereka sampai di villa.
“Kak Tian bilang, di belakang
villa di deket pohon cemara” batin Rio. Rio mengajak mama dan teman-temannya ke
belakang villa. Tampaklah sebuah makam di samping pohon cemara disana. Rio
berjalan menuju makam itu. Tidak ada nama di nisan itu.
“Kamu yakin, ini makam kakakmu,
Yo?” tanya mama Rio. Rio mengangguk.
“Waktu Rio koma, kak Tian sempet
datang dalam mimpi Rio, ma. Dia bilang disini” jawab Rio. Tiba-tiba, seorang
bapak-bapak datang menghampiri Rio.
“Permisi, den. Ada yang bisa saya
bantu?” tanya bapak itu.
“Eh, iya pak. Mau tanya ini makam
siapa, ya?” tanya Rio.
“Kalau bapak tidak salah, ini
makam anak laki-laki yang kayaknya hilang 3 tahun lalu. Orang-orang nemuin dia
sudah meninggal di tengah hutan. Bapak makamin aja dia disini” jawab bapak itu.
“Makasih ya, pak” kata Rio. Bapak
itu mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Pasti ini makam kak Tian” kata
Rio. Mamanya mengangguk. Mama Rio berdoa sejenak di makam putra sulungnya itu.
Setelah itu, mereka semua pulang.
Di rumah Rio…
“Rio, mama bersyukur akhirnya
bisa menemukan makam Tian” kata mama Rio. Rio tersenyum lalu memeluk mamanya.
“Rio juga bersyukur, ma. Karena
Rio masih punya mama disini dan akhirnya mama sembuh” jawab Rio.
“Ya udah, kamu mandi gih. Mama
masak makan malam dulu” kata mama Rio. Rio menurut. Sesampainya di kamar, Rio
mendengar suara yang berasal dari kamar Tian. Karena penasaran, Rio membuka
pintu kamar Tian yang sudah lama tidak dibuka.
“Kak..” panggil Rio. Tian berada
di dalam kamar itu. ia menoleh dan tersenyum pada adiknya.
“Thanks, Yo. Kamu udah bawa mama
ke makam kakak. Kakak bener-bener kangen sama mama” kata Tian.
“Iya, kak” jawab Rio.
“Oh ya, ini mungkin terakhir
kalinya aku nemuin kamu sebelum aku bener-bener pergi. Aku minta kamu jagain
mama dan tolong urusin kamar aku ini” pesan Tian. Rio tersenyum.
“Pasti, kak” Lalu, Tian
menghilang dari hadapan Rio. Sebuah senyum dari Rio mengiringi kepergian Tian.
Sekarang dia benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Rio kembali ke kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju, Rio menemani mamanya makan malam.
Sekarang dia benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Rio kembali ke kamarnya. Setelah mandi dan ganti baju, Rio menemani mamanya makan malam.
Keesokan harinya…
“Ma, Rio pergi bareng Shilla, ya”
kata Rio.
“Iya. Mama perhatiin akhir-akhir
ini kamu deket sama Shilla, ya?” komentar mama Rio. Rio tersenyum.
“Rio pergi ya, ma” Rio mencium
tangan mamanya, lalu memacu Motty ke rumah Shilla. Setelah menjemput Shilla,
Rio segera memacu motornya ke sebuah pusat pertokoan. Mereka mencari kado yang
tepat untuk Alvin.
“Lo beli apa, Shil?” tanya Rio.
Shilla menunjuk sebuah kupluk berwarna abu-abu.
“Bagus juga selera lo” puji Rio.
“Kalo lo beli apaan?” tanya
Shilla.
“Wrist band keren warna biru”
jawab Rio. Setelah membayar belanjaan. Rio mengajak Shilla ke toko buku.
“Beli buku apa, Yo?” tanya
Shilla.
“Beli novel” jawab Rio. Setelah
ia menemukan novel yang akan dibelinya, Rio membayar novel tersebut. Lalu, ia
mengakhiri jalan-jalannya dengan Shilla di sebuah warung makan di pinggir
jalan.
“Lo suka makan di tempat ini, ya
Yo?” tanya Shilla.
“Iya. Lebih enak nikmatin suasana
malam disini. Kesannya lebih nyata” jawab Rio.
“Gue juga” komentar Shilla.
Setelah makan malam, Rio mengantar Shilla pulang. Lalu, ia pulang ke rumahnya
sendiri. Sesampainya di rumah, Rio langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan
tubuhnya ke tempat tidur. Besok adalah hari ulang tahun Alvin.
Hari ulang tahun Alvin di sebuah
studio band.
“Kok disini, Vin?” tanya Cakka.
“Gue ngerayain ulang tahun
sekaligus ngeresmiin studio band gue” jawab Alvin.
“Wah, keren ni studio, Vin” puji
Ray sambil memegang drum yag ada di studio itu.
“Kenapa, Ray? Pengin nostalgia
sama drum itu?” tanya Alvin. Ray mengangguk antusias.
“Sabar dulu, bro. Makan dulu”
kata Rio. Mereka berenam merayakan ulang tahun Alvin dengan makan-makan di
dalam studio band Alvin. Memang sederhana tapi sangat berarti untuk mereka. Tak
lupa mereka berlima memberikan kado pada Alvin.
“Sumpah, hari ini hari ultah gue
yang paling berarti” kata Alvin.
“Gimana kalo kita bikin band?”
usul Ify. Yang lain saling berpandangan.
“Setuju!” seru mereka serempak.
Akhirnya mereka berenam sepakat untuk membuat band.
“Moga persahabatan kita ini erat”
doa Shilla.
“Amin” teman-temannya
meng-aminkan.
“Gue sadar, kalo kita nggak boleh
sia-siain hidup kita” kata Ray.
“Iya, dan gue nemuin hal yang
terbesar dalam hidup gue” tambah Rio.
“Apaan tuh?” tanya Ify.
“Persahabatan dan kematian” jawab
Rio. Teman-temannya terlihat bingung.
“Kita nggak boleh nyia-nyiain
persahabatan yang kita jalin selama ini karena sahabat juga punya andil besar
dalam hidup ini. Juga cinta yang diberikan orang-orang sekitar kita. Terutama
ortu. Dan kematian, coba lo pikir, kita ini hidup untuk mati, kan?” jawab Rio.
“Iya. Kita semua pasti mati”
tambah Shilla.
“Makanya kita harus gunain hidup
kita sebaik-baiknya” kata Alvin.
“Makasih ya, selama ini lo semua
ada di samping gue. Dan bantuin lewatin masa-masa sulit gue” kata Cakka.
“Gue juga. Tanpa kalian, masalah
menyeramkan tempo hari nggak akan selesai” tambah Shilla. Mereka semua
menghabiskan waktu di studio band Alvin. Mereka berenam berjanji untuk tidak
akan pernah melupakan hari itu dan akan menjaga persahabatan mereka sampai
kematian datang menjemput mereka.
Next Part >>>>>
Next Part >>>>>
Persahabatan dan Kematian Part 14
Persahabatan dan Kematian Part 14
Rio sudah terjatuh ke tanah dalam
keadaan penuh darah. Di depannya berdiri sosok Tian.
“Rio!” panggil Shilla. Shilla
bermaksud untuk menghampiri Rio tapi dicegah oleh Cakka. Rio berusaha untuk
berdiri.
“Ini bukan kak Tian yang dulu”
kata Rio sambil menghapus darah di bibirnya.
“Aku memang bukan Tian yang dulu”
jawab Tian.
“Aku mau kamu ngerasain
penderitaan aku, Rio” lanjut Tian. Rio terdiam.
“Oke, kalau memang itu mau kakak.
Kakak boleh bunuh aku. Tapi aku mohon, kakak jangan sakitin mama, mama udah
cukup menderita sejak kehilangan papa. Satu lagi, aku mau kak Tian tau kalau
kakak akan selalu jadi kakak yang aku banggain. Aku sayang kakak” kata Rio.
Tian terdiam mendengar
perkataan Rio. Ia tersenyum lalu berjalan menghampiri Rio.
perkataan Rio. Ia tersenyum lalu berjalan menghampiri Rio.
“Jangan!” kata Alvin. Terlambat.
Tian memukul perut Rio dengan tinjunya. Rio terjatuh dan seketika itu juga,
sosok Tian menghilang dari hadapan mereka berenam. Shilla berlari menghampiri
Rio, diikuti oleh teman-temannya yang lain. Matahari perlahan menampakkan
sinarnya.
“Berakhir. Semuanya udah
berakhir” kata Rio di pangkuan Shilla. Setelah itu, Rio tak sadarkan diri.
*
Ketika Rio membuka matanya. Ia
sudah berada di sebuah lorong yang gelap.
“Gue dimana?” tanya Rio. Ia terus
melangkah tanpa tahu arah tujuannya. Ia melihat seberkas cahaya di depannya. Ia
berlari menuju ke arah cahaya itu.
“Dimana, nih?” tanya Rio.
Tiba-tiba, ia melihat Keke datang menghampirinya.
“Keke!” seru Rio. Rio memeluk
keke.
“Gue kangen banget sama lo, Ke”
kata Rio.
“Gue juga, Yo” jawab Keke. Lalu,
datang Deva dan papa Rio.
“Deva, papa!” seru Rio lagi. Rio
memeluk papanya.
“Rio kangen, pa” kata Rio.
“Iya, sayang. Papa juga kangen
sama kamu” kata papa Rio.
“Woy, bro. Gue kangen sama lo”
kata Deva.
“Gue juga, Dev” kata Rio. Setelah
itu, Rio melihat seseorang yang sangat dikenalnya datang menghampirinya.
“Ngapain kamu disini? Balik
sana!” kata Tian.
“Kak Tian!” seru Rio.
“Bukannya kalian semua mau jemput
Rio?” tanya Rio.
“Geer banget lo, Yo. Kita kesini
mau nyuruh lo balik. Ntar kalo lo ikut kita, nyokap lo sama siapa?” jawab Keke.
“Iya, biar gue yang jagain Keke.
Lo jagain nyokap lo sama si Motty aja” kata Deva.
“Sana pulang” suruh Tian. Rio
menatap kakaknya itu. Tian tersenyum sangat tulus pada Rio.
“Udah, papa aku yang jaga. Kamu
jaga mama” kata Tian. Rio memeluk kakaknya itu. Ia membisikkan sesuatu.
“Thanks, kak. Kakak nggak jadi
bunuh aku” kata Rio. Tian mengerutkan dahinya. Ia membalas bisikan Rio. Rio
terkejut sesaat. Lalu ia mengangguk.
Setelah membisikkan itu, dalam
sekejap Rio sudah berada di sebuah ruangan besar berwarna putih. Bau obat
sangat menyengat disana. Perlahan-lahan Rio membuka matanya.
“Rio, kamu udah sadar, nak?”
tanya mama Rio.
“Ma..” panggil Rio.
“Hei, bro. Udah sadar lo?” kata
Alvin.
“Iya. Gue dimana?” tanya Rio.
“Di rumah sakit” jawab Cakka. Rio
mencoba mengingat satu per satu kejadian yang menimpa dirinya. Ia ingat saat ia
pergi ke villa itu dengan teman-temannya, ia ingat dengan pertemuannya dengan
kak Tian di hutan dan ia ingat tadi ia bertemu dengan Keke, Deva, papa dan kak
Tian di ruangan lain yang
entah apa namanya.
entah apa namanya.
“Rio, mama ke ruangan dokter
dulu, ya” kata mama Rio. Rio mengangguk.
“Oh ya, nyokap gue udah sembuh
ya?” tanya Rio.
“Iya, kemarin Shilla jemput
nyokap lo di rumah sakit. Kata dokter nyokap lo bener-bener sembuh total” jawab
Alvin.
“Thanks yah, Shil” kata Rio.
Shilla tersenyum.
“Yo, lo tau nggak kalo lo itu
koma tiga hari” kata Cakka. Rio melongo.
“Ha? Yang bener lo?” tanya Rio.
Cakka mengangguk.
“Oh ya, Ray sama Ify mana?” tanya
Rio.
“Tadi pergi makan siang” jawab
Cakka. Tiba-tiba pintu kamar tempat Rio dirawat diketuk.
“Masuk” kata Alvin. Ray masuk
bersama Ify.
“Kak Rio? Udah sadar, kak?” tanya
Ify. Rio mengangguk.
“Wah, hero kita udah sadar nih”
kata Ray.
“Hero?” tanya Rio.
“Hahaha…pengorbanan lo besar, Yo.
Nyawa taruhannya” jawab Ray. Rio tertawa.
“Bener-bener berakhir ya?” tanya
Rio. Teman-temannya mengerti apa yang dibicarakan Rio. Shilla mengangguk.
“Semuanya udah terungkap, Yo”
kata Cakka.
“Maksud lo?” tanya Rio. Cakka
menceritakan semuanya pada Rio. Rio terkejut mendengar cerita dari
teman-temannya.
“Jadi, lo bukan anak kandung
bokap lo, Vin?” tanya Rio. Alvin mengangguk.
“Iya. Tapi nggak apa-apa. Toh
sekarang sikap bokap ke gue udah berubah. Gue sekarang udah tinggal bareng
bokap sama Ify lagi” jawab Alvin.
“Gue juga, yo. Sekarang gue
tinggal sama nyokap dan bokap gue lagi. Cakka bantuin gue supaya mereka mau
nerima gue lagi” kata Shilla. Rio senang jika teman-temannya bahagia.
“Gue balik ke kostan lagi, Yo.
Gue mau kuliah. Lagian kostan gue deket sama kampus” kata Ray. Rio
manggut-manggut. Setelah itu dokter datang untuk memeriksa keadaan Rio. Dokter
mengatakan kalau
kondisi Rio sudah stabil. Tapi, masih harus berisitirahat di rumah sakit.
kondisi Rio sudah stabil. Tapi, masih harus berisitirahat di rumah sakit.
Dua hari kemudian, Rio sudah
diperbolehkan untuk pulang.
“Welcome home, Rio” seru
teman-temannya.
“Thanks” kata Rio. Rio diantarkan
ke kamarnya. Lalu, Rio, mamanya dan teman-temannya makan bersama. Mama Rio
masak masakan yang sangat lezat dan banyak.
“Wah, udah lama nggak makan
masakan mama” kata Rio. Rio melahap semua masakan mamanya.
“Buset, perut apa gentong tu?”
tanya Ray.
“Hahaha..yah, namanya juga orang
kelaparan. Bosan makan makanan rumah sakit melulu” jawab Rio.
“Alah….baru juga dua hari lo
makan makanan rumah sakit” kata Cakka. Rio tertawa.
“Oh ya, besok lo semua ke rumah
gue ya” kata Cakka.
“Ha? Ada apa?” tanya Ify.
“Bokap gue pulang. Bawa banyak
makanan. Lo semua pada mau, kan?” tanya Cakka.
“Ya iyalah” jawab mereka semua.
Setelah makan bersama, teman-teman Rio pamit untuk pulang.
Sekarang Alvin sudah kembali
tinggal di rumahnya bersama papa dan adiknya, Ify. Ia berhasil memperbaiki
hubungan dengan papanya. Sebenarnya, papa Alvin sangat menyayangi anaknya itu
walaupun Alvin bukan anak kandung. Shilla juga tidak tinggal di rumah Cakka
lagi. Cakka menjelaskan pada mama dan papa Shilla kalau Shilla itu tidak gila.
Mereka percaya dan akhirnya Shilla tinggal bersama keluarganya lagi. Dan Ray
kembali menjadi anak kost. Mereka berenam bisa hidup tenang sekarang, tanpa
gangguan bayangan-bayangan hitam seperti dulu lagi.
Next Part >>>>>
Next Part >>>>>
Persahabatan dan Kematian Part 13
Persahabatan dan Kematian Part 13
Di dalam villa, Shilla berhadapan
dengan sosok Kiki.
“Kiki?” panggil Shilla.
“Iya, ini aku, Shil” jawab Kiki.
“Kenapa, Ki?” tanya Shilla.
Terlihat seulas senyum sinis di bibir Kiki yang pucat.
“Aku benci dengan hidupku, Shil.
Aku benci kamu” jawab Kiki dengan nada yang penuh kebencian.
“Kita selalu bersama dari lahir.
Saat aku bahagia, kamu juga bahagia. Sekarang aku menderita, jadi aku ingin
kamu menderita bersamaku” lanjut Kiki. Shilla berpikir sejenak.
“Kamu bukan Kiki yang aku kenal.
Kiki bukan orang yang egois” kata Shilla.
“Siapa kamu sebenarnya?” tanya
Shilla. Sosok Kiki tiba-tiba menghilang. Pada saat itu juga, Cakka dan Alvin
masuk ke dalam villa.
“Shilla, lo nggak apa-apa?” tanya
Alvin. Shilla mengangguk.
“Lo ketemu Kiki?” tanya Cakka.
Shilla menggeleng.
“Dia bukan Kiki yang gue kenal”
jawab Shilla. Lalu, Alvin mengajak Shilla dan Cakka untuk keluar dari villa. Di
luar kegelapan masih mencekam.
“Ray, Rio dan Ify mana?” tanya
Shilla.
“Kita berdua nggak berhasil
ngejar Rio. Ray sama Ify tiba-tiba aja menghilang” jawab Alvin.
“Kita harus cepat nemuin mereka
sebelum hal yang nggak kita inginin terjadi” kata Shilla. Tiba-tiba sosok lain
datang menghampiri mereka.
“De..a?” panggil Alvin. Sosok Dea
hanya diam. Alvin mendekat menghampiri Dea.
“Kenapa kamu bunuh kakak aku,
Dea?” tanya Alvin. Alvin melihat Dea menangis.
“Dia yang bunuh aku” jawab Dea.
Alvin terkejut. Ia tidak percaya kalau kakak yang sangat dicintainya adalah
seorang pembunuh.
“Kenapa?” tanya Alvin.
“Karena kamu” jawab Dea. Alvin
tidak mengerti dengan perkataan Dea.
“Maksud kamu?” tanya Alvin.
“Kakak yang sangat kamu sayangi
itu sebenarnya punya niat jahat. Dia inigin bunuh kamu, Vin. Dia bunuh aku
karena aku tau rencana dia” jawab Dea.
“Aku nggak ngerti, Dea. Kenapa
kakak mau bunuh aku?” tanya Alvin.
“Karena harta. Dia tau kalau
suatu hari nanti harta warisan papa kamu akan jatuh ke tangan kamu, Vin. Dia
nggak rela. Kamu tau kenapa?” tanya Dea. Lalu melanjutkan.
“Karena kamu bukan anak kandung
papa kamu” kata Dea. Alvin benar-benar terkejut mendengar kata-kata Dea.
“Apa? Nggak, nggak mungkin” kata
Alvin.
“Kamu harus terima kenyataan,
Vin. Dan sekarang urusanku sudah selesai. Aku nggak akan ganggu hidup kamu
lagi. Aku benar-benar akan pergi dari dunia ini. Semoga kamu bahagia, Vin” kata
Dea, lalu sosok Dea menghilang meninggalkan Alvin yang sangat terkejut mendengar
kenyataan itu. Shilla dan Cakka merangkul Alvin.
“Satu persoalan selesai” kata
Cakka.
*
Di sebuah hutan, Ify dan Ray
berurusan dengan sosok lain.
“Olivia, kenapa kamu bunuh
mereka?” tanya Ray.
“Gara-gara merekalah aku keluar
dari band itu, Ray” jawab Olivia.
“Apa?” Ray tidak percaya.
“Ya, kamu ingat kan, kita nggak
jadi tampil karena tangan kamu patah gara-gara nyelametin aku?” Ray mengangguk.
“Mereka bilang aku penyebab band
kita nggak jadi tampil dan mereka juga bilang lebih baik aku keluar daripda
terus-terusan membawa sial” kata Olivia. Ray benar-benar terkejut. Selama ini
dia hanya tahu kalau Olivia keluar dari band karena dia ingin konsentrasi pada
sekolahnya. Kabar terakhir yang Ray dengar kalau Olivia kecelakaan dan
meninggal. Lalu Olivia melanjutkan.
“Karena itulah kamu selamat dalam
kecelakaan bus itu, Ray” kata Olivia. Ray mulai mengerti semuanya.
“Maafin aku, Oliv” kata Ray.
Terlihat sebuah senyum tipis di bibir Olivia yang pucat. Senyum itu penuh
ketulusan.
“Aku nggak marah sama kamu, Ray.
Dan sebelum aku benar-benar pergi dari dunia ini, aku mau bilang kalau selama
ini aku cinta sama kamu. Aku bener-bener sayang sama kamu, Ray. Aku harap kamu
selalu bahagia. Aku nggak akan ganggu kehidupan kamu lagi” kata Olivia. Olivia
meneteskan airmata. Ify terharu melihat peristiwa yang berlangsung di depannya.
Tak lama kemudian, sosok Olivia benar-benar menghilang dari hadapan Ray dan
Ify.
“Aku juga sayang sama kamu,
Oliv!!!” teriak Ray. Ray menangis. Ify menghampiri Ray lalu memeluknya.
“Ray, Ify” panggil Cakka. Mereka
bertiga akhirnya menemukan Ray dan Ify.
“Lo berdua baik-baik aja, kan?”
tanya Shilla. Ify mengangguk.
“Iya, gue nggak apa-apa” jawab
Ray menghapus airmatanya.
“Apa yang terjadi, Fy?” tanya
Alvin.
“Ceritanya panjang, kak. Tapi,
satu masalah udah selesai” jawab Ify.
“Dua. Masalah Dea dan Alvin juga
udah selesai” kata Cakka.
“Ha? Gimana ceritanya, kak?”
tanya Ify.
“Nanti kakak ceritain. Yang
jelas, kakak ini bukan kakak kandung kamu, Fy. Kakak udah tau semuanya” jawab
Alvin. Ify terkejut. Tapi, untuk sementara ia simpan rasa penasarannya.
“Rio mana?” tanya Ray. Cakka
menggeleng.
“Gue nggak tau dia dimana” jawab
Cakka.
“Shilla…” sebuah suara memanggil
Shilla.
“Kiki?” Shilla menoleh ke
belakang. Tidak ada siapa-siapa disana. Suara it uterus memanggil Shilla.
Mereka berlima menelusuri asal suara itu. Sampailah mereka di sumber suara itu.
Itu adalah Kiki.
“Kiki..” panggil Shilla.
“Shilla, kamu tau? Aku sangat
benci sama kamu. Setelah aku lumpuh, aku bukanlah anak kebanggaan papa lagi.
Aku selalu dibanding-bandingkan denganmu” kata Kiki.
“Aku selalu menghantui kamu
sampai akhirnya kamu dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh mama dan papa. Dan
kamu tahu apa yang aku rasain waktu itu?” tanya Kiki. Lalu ia melanjutkan.
“Aku puas” jawab Kiki. Shilla
tidak bisa lagi menahan airmatanya. Lalu, Kiki menatap Cakka.
“Cakka, kamu tau kalau aku yang udah ngebunuh pak Jo kesayangan kamu itu?” tanya Kiki. Cakka terkejut.
“Cakka, kamu tau kalau aku yang udah ngebunuh pak Jo kesayangan kamu itu?” tanya Kiki. Cakka terkejut.
“Lo…” geram Cakka. Alvin mencoba
menenangkan emosi Cakka.
“Penasaran kenapa aku bunuh dia?
Karena dia yang udah bikin aku lumpuh. Dia yang nabrak aku” kata Kiki.
“Lo kejam, Ki” kata Cakka. Shilla
tak tahan melihat Cakka.
“Kiki, kamu harusnya sadar kalau
Shilla itu kembaran kamu. Shilla itu bagian dari kamu” kata Ify.
“Omong kosong” kata Kiki.
“Ki, aku tahu kamu masih punya
hati” kata Alvin.
“Kiki, aku tau kamu benci sama
aku. Tapi, sekejam apapun kamu sama aku, aku akan selalu sayang sama kamu.
Karena kamu itu bagian dari aku. Kamu kembaran aku” kata Shilla. Kiki tertegun
mendengar perkataan Shilla. Airmatanya pun menetes.
“Kiki, Shilla itu benar-benar
sayang sama kamu” kata Ray.
“Kamu benar. Aku nggak akan
pernah bisa menang dari dia. Aku emang benci dia. Tapi, aku sangat sayang sama
dia” kata Kiki. Kiki menghampiri Shilla lalu memeluknya.
“Maafin aku, Ki” kata Shilla.
“Nggak, Shil. Aku yang harusnya
minta maaf” kata Kiki. Ia menoleh pada Cakka.
“Maafin aku, Cak” kata Kiki.
“Semua udah terjadi. Gue nggak
bisa apa-apa lagi” kata Cakka.
“Udah saatnya aku pergi. Tolong
jaga Shilla” kata Kiki. Ia mencium kening Shilla, lalu menghilang. Cakka
menghampiri Shilla dan memeluknya.
“Gue harap lo bisa maafin Kiki,
Cak” kata Shilla.
“Gue emang bukan orang yang
gampang maafin orang, tapi gue akan coba relain kepergian pak Jo dan mulai
maafin Kiki” jawab Cakka. Tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang cowok dari
sisi lain hutan itu.
“Rio!” kata Alvin. Mereka berlima
berlari mencari keberadaan Rio. Dan betapa terkejutnya mereka melihat
pemandangan yang ada dihadapan mereka. Persahabatan dan Kematian Part 12
Finally i can update the fics! sorry for the very very very late update (it's been -almost- a year since i re-posted this fics in my blog, orz). just remind you guys, i didn't own this fics, i'm just re-post it, if the author of this fics (maybe) found my blog and saw this fics, please tell my by leave something on the comment box or my ask.fm or twitter or whatever, so i can put your name as the author of this fics, thank you and enjoy the fics:)
Previous Part
Next Part >>>>>
Previous Part
Persahabatan dan Kematian part 12
Apa yang ada dibalik pintu itu
membuat mereka berenam terkejut. Cahaya senter dan lilin yang terdapat dalam
kamar, membuat pemandangan yang mereka lihat sangat jelas. Semua bayangan itu
berkumpul disana. Tak disangka, Rio, Alvin, Cakka da Ray tiba-tiba bisa melihat
sosok asli semua bayangan itu. Sekarang Rio bisa melihat dengan jelas sosok
yang selalu menghantuinya selama ini. Begitupun dengan Alvin, Cakka dan Ray.
“Kak Tian…” panggil Rio. Sosok
yang sangat mirip dengan Tian melihat. Wajahnya sangat pucat. Tak sepatah pun
kata keluar dari mulut Tian. Ia hanya menatap Rio dengan tatapan penuh
kebencian.
Walaupun hanya diterangi cahaya lilin, Rio bisa merasakan tatapan benci dari sosok Tian.
Walaupun hanya diterangi cahaya lilin, Rio bisa merasakan tatapan benci dari sosok Tian.
“Kenapa?” tanya Rio. Sosok Tian
menghilang.
“Kak! Kak Tian!” panggil Rio.
Menghilangnya sosok Tian diikuti oleh sosok yang lain. Seketika itu juga,
cahaya lilin redup meninggalkan Rio, Alvin, Ray, Cakka, Ify, dan Shilla dalam
keadaan bingung.
“Gue harus cari kak Tian” kata
Rio. Ia berlari dalam kegelapan meninggalkan villa itu. Alvin dan yang lainnya
tak bisa menyusul Rio.
“Rio!” panggil Alvin. Mereka
berusaha mengejar Rio. Sampailah mereka di luar villa. Tak ada tanda-tanda
bahwa Rio disana.
“Sial! Kemana Rio?” tanya Cakka.
Ia melihat kesekeliling lokasi villa itu.
“Cakka! Shilla, Cak! Shilla nggak
ada!” kata Alvin
“Shilla!!” kata Cakka cemas.
Tiba-tiba ia melihat Shilla masuk kembali ke dalam villa.
“Shilla!” Cakka mengejar Shilla.
Shilla sudah terlanjur masuk ke dalam villa itu. Cakka berniat menyusul Shilla.
Tapi, pintu villa itu terkunci. Cakka menggedor pintu itu. ia mencoba mendobrak
pintu itu.Tapi ia tak bisa. Ia tak cukup kuat untuk mendobrak pintu villa yang
berukuran besar itu
“Sial! Shilla!” panggil Cakka.
Alvin menghampiri Cakka. Saat Alvin sedang menghampiri Cakka, tiba-tiba Alvin
mendengar suara teriakan Ray dan Ify.
“Ray! Ify!” kata Alvin. Alvin
tidak menemukan keduanya lagi. Sekarang tinggal dia dan Cakka.
“Kenapa semuanya ngilang?” tanya
Alvin.
“Gue harus nyusul Shilla ke
dalam” kata Cakka.
“Tunggu, Cak. Kita nggak boleh
kepisah. Kita ikutin aja permainan mereka” kata Alvin. Cakka tampak berpikir.
Ia pun mengangguk. Mereka berdua menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sementara itu, Rio terus berlari.
Ia tak peduli kemana kakinya melangkah. Sampailah Rio ditengah hutan.
“Gue dimana?” tanya Rio.
Tiba-tiba sesosok bayangan lewat di belakangnya. Ia menoleh. Tak ada
siapa-siapa.
“Kak Tian! Rio tau kalau itu
kakak. Kenapa kakak tega ngelakuin semua ini?” tanya Rio. Tak ada jawaban.
“Kak Tian!!!” panggil Rio. Rio
jatuh terduduk melihat sosok Tian menampakkan dirinya.
“Aku benci kalian semua. Saat aku
hilang, kalian ngelupain aku. 2 hari aku mencari kalian. Aku seperti orang
bingung. Sampai akhirnya aku sekarat dan mati di hutan ini” jawab Tian. Rio terkejut.
“Aku nggak…” kata-kata Rio
terputus.
“Aku ingin kalian semua ngerasain
apa yang aku rasain selama ini” kata-kata Tian penuh rasa kebencian. Rio
berdiri dan berjalan menghampiri Tian.
“Kak Tian salah. Mama, papa dan
aku terus mencari kakak. Polisi pun nggak bisa nemuin kakak. Sampai kita semua
putus asa dan nganggap kalau kakak itu udah meninggal” kata Rio.
“Kak, apa kakak nggak peduli sama
mama? Mama sekarang dirawat di rumah sakit jiwa karena depresi atas kematian
papa. Kakak tega udah ngebunuh papa. Kakak juga, kan yang udah ngebunuh Keke
dan Deva. Apa salah mereka, kak?” Rio melanjutkan.
“Aku ingin kamu ngerasain penderitaanku” jawab
Tian. Rio merasa kalau ini bukan sosok Tian yang asli.Next Part >>>>>
Langganan:
Postingan (Atom)