Sabtu, 20 Oktober 2012

Persahabatan dan Kematian part 11

Persahabatan dan Kematian part 11


“Kiki itu siapa, Cak?” tanya Ray. Cakka melihat Shilla. Shilla mengangguk.
“Nggak apa kok, Cak. Gue nggak apa-apa” kata Shilla.
“Kiki itu adalah orang yang selama ini ada di samping Shilla. Mereka selalu bersama dari lahir. Dengan kata lain, Kiki adalah kembaran Shilla, tapi mereka kembar yg dari beda sel telur” jawab Cakka yang membuat semua Rio, Alvin, Ify dan Ray terkejut.
“Kembaran? Lo punya kembaran, Shil?” tanya Alvin memastikan. Shilla mengangguk.
“Kiki meninggal karena bunuh diri” jawab Shilla.
“Kok bisa?” tanya Ify tidak percaya.
“Karena papa” jawab Shilla. Lalu melanjutkan.
“Gue sama Kiki selalu jadi perhatian banyak orang karena kekompakan kita berdua. Dulu Kiki adalah anak yang baik dan peduli pada orang-orang di sekitarnya. Sampai pada suatu hari, Kiki kecelakaan karena menyelamatkan seorang anak kecil di jalan raya. Sebuah mobil menabraknya hingga Kiki harus menghadapi kenyataan kalau kedua kakinya lumpuh. Sejak saat itu, Kiki kehilangan senyumnya. Papa
yang nggak bisa terima kenyataan malah membanding-bandingin gue dengan Kiki.
Papa bilang kalau Kiki sekarang nggak berguna lagi dan hanya gue yang bisa ngebahagiain beliau. Kiki nggak bisa terima dengan kata-kata papa yang dilontarkan padanya. Akhirnya, suatu hari gue nemuin Kiki udah meninggal di kamarnya. Kiki bunuh diri dengan cara menusuk perutnya sendiri” kata Shilla.
Shilla tidak meneteskan airmata sedikit pun. Diam-diam Rio kagum pada Shilla karena ketegarannya.
“Sorry ya, Shil. Kita nggak bermaksud buat ngungkit masa lalu lo itu” kata Ify.
“Nggak apa-apa. Toh, sekarang dia yang muncul lagi dalam kehidupan gue” jawab Shilla.
“Trus, kenapa lo bisa masuk rumah sakit jiwa?” tanya Alvin.
“Dua hari setelah Kiki meninggal, tiba-tiba gue bisa ngeliat kejadian duka yang pernah dialami orang lain. Gue nggak kuat dengan kemampuan gue itu. Gue sering teriak histeris kalau gue ngeliat kejadian duka orang lain. Papa dan mama malah masukin gue ke rumah sakit jiwa karena mereka nganggap gue depresi atas kematian Kiki. Disanalah gue mulai bisa ngeliat bayangan itu, dan gue ternyata bisa liat wujud aslinya yang ternyata adalah kembaran gue sendiri” jawab Shilla. Semuanya terdiam.
“Sekarang gue bener-bener takut. Musuh kita nggak cuma satu” kata Ray.
“Nggak, Ray. Kita nggak boleh takut. Lo harus lawan rasa takut lo itu” kata Ify. Rio dari tadi hanya diam membuat Alvin bingung.
“Yo, kenapa?” tanya Alvin.
“Gue penasaran, kenapa orang-orang di masa lalu kita malah menghantui kita sekarang?” jawab Rio.
“Gue juga, Yo. Padahal gue udah bisa ngelupain Dea. Tapi tiba-tiba, dia mncul lagi dalam hidup gue” kata Alvin.
“Vin, kalo boleh tau Dea itu siapa, sih?” tanya Cakka.
“Dia itu sahabat gue dari kecil. Dia meninggal tepat pada hari ulang tahunnya yang ke 17. Polisi menduga, kalau Dea itu dibunuh” jawab Alvin.
“Yang jadi pertanyaan besar dalam benak gue sekarang adalah apa maksud mereka membunuh orang-orang yang kita sayangi?” kata Rio. Lalu, ia berpikir sejenak.
“Fy, Shil, lo berdua bisa ngeliat wujud asli bayangan itu, kan?” tanya Rio. Ify dan Shilla mengangguk.
“Lo bakal mainin peran yang besar dalam usaha kita kali ini” kata Rio. Teman-temannya saling berpandangan bingung.
“Maksud lo, Yo?” tanya Ray.
“Ify dan Shilla harus bisa ngomong sama mereka” jawab Rio. Ify bergidik. Alvin mengetahui perasaan adiknya.
“Lo harus usaha buat ngilangin rasa takut lo itu, Fy” kata Alvin menenangkan adiknya itu. Ify mengangguk.
“Gue akan coba” kata Ify.
“Gue juga” tambah Shilla. Tiba-tiba pintu rumah Rio diketuk, padahal jam sudah menunjukka pukul sembilan malam.
“Siapa sih malam-malam gini” keluh Rio. Ia berjalan ke ruangan depan untuk membuka pintu. Pada saat Rio sudah membuka pintu, tidak ada siapa-siapa. Hanya sebuah kertas yag ditemukannya. Rio mengambil kertas itu dan melihatnya. Kengerian menyelimuti dirinya saat membaca tulisan yang ada di kertas itu. Lama sekali Rio berada di depan pintu, membuat Alvin dan yang lainnya khawatir pada Rio.
Alvin memutuskan untuk melihat Rio ke depan. Ia menghampiri Rio yang sedang membaca sebuah surat.
“Lo lama amat, Yo? Siapa tadi kesini?” tanya Alvin.
“Kak Tian” jawab Rio datar.
“Maksud lo?” tanya Alvin.
“Ini” Rio memperlihatkan kertas yang dibacanya tadi pada Alvin. Kertas itu berisi sebuah gambar villa dan alamatnya. Alvin menaikkan satu alisnya.
“Gue nggak ngerti, Yo” kata Alvin. Rio menutup pintu dan mengajak Alvin kembali ke tempat teman-temannya.
“Siapa, Yo?” tanya Cakka. Rio hanya diam.
“Siapa, Vin?” tanya Shilla. Alvin mengangkat bahu.
“Gue juga nggak tau. Kata Rio kak Tian” jawab Alvin.
“Kok lo bisa bilang kayak gitu, Yo? Emang Tian bener-bener datang kesini, ya?” tanya Ray.
“Nggak. Tapi ini buktiin kalo kak Tian yang datang” jawab Rio. Ia memperlihatkan kertas yang ditemukannya tadi. Teman-temannya melihat isi kertas itu.
“Gambar villa?” tanya Ify. Rio mengangguk.
“Disana tempat kita sekeluarga ngabisin waktu liburan sebelum kak Tian hilang” jawab Rio.
“Gimana lo bisa yakin kalo itu bener-bener Tian?” tanya Alvin. Rio menunjuk tulisan yang berada di belakang kertas itu. Ada tulisan ‘Must be there’.
“Must be there?” tanya Shilla.
“Kak Tian selalu ngomong itu ke gue. Soalnya gue itu lamban dan kak Tian capek nungguin gue terus kalo mau ke suatu tempat. Jadi, kak Tian selalu pergi duluan dan ngasih alamat tempat itu dan bilang ‘must be there’ yang artinya gue harus kesana” jawab Rio.
“Kita harus kesana” kata Ify.
“Sekarang? Udah malam kayak gini?” tanya Ray.
“Nggak. Kita kesana besok pagi” jawab Rio. Setelah itu, mereka semua kembali ke kamar masing-masing. Malam itu tidak seorang pun yang bisa tidur. Pukul 1 dini hari, dalam keheningan malam terdengar suara Shilla sedang berbicara dengan seseorang, tapi bukan Ify. Cakka yang mendengar itu, langsung membangunkan Ray. Ia memberi isyarat pada Ray untuk memberitahu Rio dan Alvin. Ray mengirimkan
pesan ke hp Rio.
From : Ray
Yo, cepet ke bawah
Rio yang membaca pesan dari Ray itu segera mengajak Alvin untuk menuju ke bawah. Sesampainya di bawah, Rio dan Alvin menemukan Ray dan Cakka sedang menguping di depan kamar Ify dan Shilla.
“Ada apa?” tanya Rio.
“Sst…” Ray menyuruh Rio untuk diam lalu memberi isyarat pada Rio dan Alvin untuk mendengarkan pembicaraan yang sedang berlangsung di dalam kamar Shilla dan Ify.
“Maksud kamu?” terdengar suara Shilla.
“Kalau kamu ingin semua teman-teman kamu selamat, malam ini juga kamu harus pergi ke villa itu” kata suara seorang cowok. Rio mengenal suara itu. tanpa basa-basi lagi, Rio membuka pintu kamar. Seketika itu juga, bayangan hitam yang sedang bicara dengan Shilla itu menghilang.
“Rio?” tanya Shilla.
“Tadi pasti kak Tian. Gue yakin itu kak Tian” kata Rio. Shilla mengangguk.
“Kita harus pergi ke villa itu” kata Ify. Akhirnya, malam itu juga mereka berenam berangkat menuju villa yang ditunjukkan oleh gambar. Mereka berangkat dengan mobil Cakka.
“Yo, villanya jauh ya?” tanya Alvin. Rio mengangguk. Dalam perjalanan itu, Ray tertidur. Dan tiba-tiba dia terbangun.
“Kenapa, Ray?” tanya Alvin yang duduk di sebelah Ray.
“Oliv…” jawab Ray.
“Siapa?” tanya Ify.
“Olivia, mantan personil band gue” jawab Ray. Lalu melanjutkan.
“Gue punya firasat kalo dia salah satu dari bayangan itu” kata Ray.
“Ha? Musuh kita nambah lagi” jawab Alvin.
“Dia cewe yang mutusin untuk keluar dari band lo dan meninggal dalam kecelakaan mobil, kan?” tanya Shilla. Ray mengangguk.
“Kok lo..?” tanya Ray.
“Shilla bisa liat kejadian duka yang dialami seseorang” jawab Rio. Malam itu menjadi malam yang sangat mencekam bagi mereka berenam. Perjalanan itu membutuhkan waktu 2 jam, hingga akhirnya mereka sampai di sebuah villa yang sama persis dengan gambar yang diterima Rio tepat jam 3 pagi.
“Gila! Serem banget ni villa” komentar Cakka. Villa besar itu terletak diantar dua pohon beringin besar yang mengapitnya. Seakan-akan pohon itu yang menguasai suasana yang mencekam itu.
“Yo, bener ini tempatnya?” tanya Alvin.
“Iya. Gue yakin. Gue masih inget villa ini” jawab Rio. Rio membuka pagar villa dan masuk ke dalamnya. Alvin, Cakka, Ray, Shilla dan Ify mengikutinya di belakang. Rio membuka pintu masuk ke villa itu.
“Vin, lo bawa senter kan?” tanya Rio.
“Iya” jawab Alvin sambil menyalakan senternya. Mereka berenam masuk ke dalam villa dengan mengandalkan sebuah senter.
“Trek…trek…” sebuah suara mengejutkan mereka berenam. Alvin mengarahkan senter ke arah sumber suara.
“Cit..cit…” ternyata hanya seekor tikus. Lalu, mereka meneruskan langkah mereka.
“Krieet….tok” terdengar suara pintu ditutup. Kali ini mereka berenam benar-benar terkejut.
“Feeling gue bilang kalo itu mereka” kata Shilla.
“Suaranya dari atas” kata Rio. Mereka berjalan menuju lantai atas. Langkah mereka tertuju pada sebuah kamar yang terletak paling ujung.
“Yo, jangan dibuka” kata Ray.
“Kenapa? Takut lo?” tanya Cakka.
“Nggak. Serem aja” jawab Ray.
“Tapi, gue ngerasa kalau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan kita selama ini ada di dalam sana” kata Rio. Terdengar suara dari dalam kamar itu. Ify memegang tangan Alvin.
“Tenang, Fy” kata Alvin. Tiba-tiba, senter Alvin mati.
“Sial!” kata Alvin. Ia memukul-mukul senternya. Akhirnya, senter itu hidup kembali. Rio memutuskan untuk membuka pintu itu. Jantung mereka berdegup kencang.

Next Part >>>>>

Persahabatan dan Kematian Part 10

Persahabatan dan Kematian Part 10


Cowok itu berniat bunuh diri. Alvin segera berlari kearah balkon dan
menahan tangan cowok itu.
“Hei, lo gila ya!!” kata Alvin.
“Ngapain lo nahan gue?! Gue nggak pantas hidup lagi!!” jawab cowok itu yang ternyata adalah Ray.
“Jangan lo sia-siain hidup lo!” kata Alvin. Rio dan yang lainnya masuk untuk mencegah Ray
bunuh diri.
“Jangan lo akhiri hidup lo dengan bunuh diri” kata Ify.
“Temen-temen gue udah manggil gue buat nyusul mereka” kata Ray.
“Nggak, Ray. Nggak semua masalah bisa diselesain dengan cara bunuh diri” jawab Shilla.
“Lo bodoh!!” kata Cakka. Semua orang yang ada di kamar Ray terdiam.
“Lo milih untuk bunuh diri daripada lo ngusut kematian temen-temen lo. Kita semua tau kalau lo itu nggak rela atas kematian mereka. Kita semua sama ama lo” lanjut Cakka.
“Sama?” tanya Ray.
“Iya. Pelayan bribadi gue yang udah ngurusin gue dari kecil tewas di gudang bawah tanah di rumah gue. Lo tau kenapa?” tanya Cakka. Lalu melanjutkan.
“Bayangan hitam itu yang udah ngebunuh dia” kata Cakka. Ray terkejut.
“Bayangan hitam? Sebelum kecelakaan gue juga ngeliat bayangan itu” batin Ray.
“Dan Rio. Pacar, sahabat dan bokapnya meninggal gara-gara bayangan itu juga” lanjut Cakka sambil menunjuk kearah Rio.
“Jadi kalian juga ngeliat bayangan itu?” tanya Ray. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.
“Iya. Dan kita butuh lo, Ray” kata Rio. Ray menyuruh Rio cs duduk di sofa kamar itu dan Rio cs
memperkenalkan diri masing-masing.
“Infus lo mana, Ray?” tanya Ify.
“Gue buka” jawab Ray. Ia menatap Ify.
“Lo? Gue pernah liat lo dalam mimpi gue” kata Ray.
“Lo juga dapet sinyal itu, Ray? Mimpi itu pertanda kalo kita harus nemuin orang yang ada dalam mimpi kita” kata Alvin.
“Maksud lo?” tanya Ray.
“Gue mimpi Rio datang dalam mimpi gue” jawab Alvin.
“Shilla ada dalam mimpi gue” sambung Rio.
“Gue mimpi, lo ada dalam mimpi gue” lanjut Shilla.
“Lo mimpi gue ada di mimpi lo dan gue mimpi Cakka ada dalam mimpi gue” kata Ify.
“Kamu nggak pernah cerita sama kakak, Fy?” tanya Alvin. Ify tersenyum.
“Ify tau kalau suatu saat Ify pasti ketemu sama orang yang ada dalam mimpi Ify” jawab Ify.
“Dan gue mimpi Alvin datang dalam mimpi gue” kata Cakka. Semua melihat pada Cakka.
“Gue mimpi sehari sebelum Rio datang ke rumah gue membawa Alvin dan Ify” lanjut Cakka.
“Berarti kita bener-bener udah ditakdirkan bertemu?” tanya Ray.
“Iya. Lo mau bantuin kita?” tanya Rio. Ray mengangguk.
“Besok gue udah boleh pulang dari rumah sakit ini” kata Ray.
“Oke, besok kita ke rumah lo. Alamatnya dimana?” tanya Rio.
“Gue disini ngekost bareng temen se-band gue” jawab Ray.
“Ha! Gimana kalo lo tinggal di rumah kak Rio aja?” usul Ify.
“Wah, boleh juga tu, Ray. Sekalian nemenin gue” jawab Alvin.
“Wah, wah. Jadi sekarang rumah gue jadi markas, nih?” tanya Rio.
“Yo, rumah lo kan gede. Kan banyak kamar di rumah lo” kata Alvin.
“Iya. tapi gedean rumah Cakka” jawab Rio.
“Ya jelaslah. Cakka kan anak pengusaha ternama” kata Shilla.
“Boleh deh” jawab Ray. Setelah berbincang-bincang selama 2 jam, Rio cs akhirnya pulang.
“Oh ya, Yo. Makasih ya udah bolehin gue nginep tadi malam” kata Shilla.
“Iya, sama-sama. Sekarang lo mau tinggal dimana?” tanya Rio.
“Hei, gue kan nggak sendiri disini. Gue bisa tinggal di rumah sepupu gue, Cakka” jawab Shilla. Rio hanya garuk-garuk kepala.
“Rio ngarep kalo lo tinggal disini lagi, Shil” sindir Alvin. Rio menyikut Alvin.
“Habis, masakan lo enak” kata Rio. Shilla tertawa.
“Besok gue masakin lagi, deh. Sekalian buat nyokap lo. Gue pengin jenguk dia” kata Shilla.
“Boleh, tuh. Besok habis jemput Ray, lo semua mau nemenin gue kan?” tanya Rio.
“Pasti”
Keesokan harinya…
“Thanks, ya udah mau ngejemput gue” kata Ray.
“It’s OK. Oh ya, habis ini kita jenguk nyokap Rio” kata Cakka.
“Dimana?” tanya Ray.
“Rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Ha?” Ray tidak percaya.
“Kenapa? Lo nggak percaya?” tanya Ify. Ray mengangguk.
“Nyokap kak Rio masuk rumah sakit jiwa karena depresi berat setelah bokap kak Rio meninggal” jawab Ify.
“Yo, sorry ya” kata Ray.
“Nggak apa-apa, kok. Cabut, yuk” kata Rio. Mereka berenam berangkat menuju rumah sakit jiwa dengan mobil Cakka. Sampailah mereka di rumah sakit jiwa tempat mama Rio dirawat.
“Permisi, suster. Dokter Rizky ada?” tanya Rio.
“Ada. Adek ini siapa, ya?” tanya suster itu.
“Mario” jawab Rio.
“Oh, dek Rio ya? Langsung masuk aja, dek. Dokter Rizky ada di dalam” kata suster itu. Rio masuk ke dalam ruangan dokter. Sedangkan teman-temannya menunggu di luar.
“Permisi, dok” kata Rio.
“Eh, Rio. Silahkan duduk” kata dokter Rizky.
“Gimana keadaan mama, dok?” tanya Rio.
“Setelah menjalani terapi selama beberapa hari ini, ibu anda mengalami kemajuan yang pesat. Beliau sudah bisa diajak bicara seperti dulu. Tapi, jangan sekali-kali menyebut tentang ayah anda di depan beliau. Beliau masih belum terlalu sehat” jawab dokter Rizky.
“Jadi, mama saya belum boleh pulang, dok?” tanya Rio.
“Belum. Tapi, kamu bisa jenguk ibu kamu sekarang” jawab dokter Rizky.
“Terima kasih, dok” kata Rio. Ia keluar dari ruangan dokter Rizky.
“Gimana, Yo?” tanya Alvin.
“Nyokap gue udah bisa diajak ngomong kayak dulu lagi. Tapi, gue harap lo semua nggak ngungkit masalah bokap gue” jawab Rio.
“Sip” jawab Cakka. Mereka diantar oleh suster ke sebuah kamar yang terpisah dengan pasien-pasien lainnya.
“Ma” sapa Rio. Mama Rio menoleh.
“Rio! Mama kangen banget sama kamu, nak” jawab mama Rio. Rio memeluk mamanya.
“Gimana keadaan mama?” tanya Rio.
“Mama nggak betah disini, sayang” jawab mama Rio. Rio tertawa.
“Mama kan belum sembuh benar. Sabar aja dulu, ma” kata Rio.
“Mereka siapa?” tanya mama Rio menunjuk teman-teman Rio.
“Oh, mereka berlima itu temen Rio, ma. Yang pake baju merah itu namanya Alvin, yang pake jaket hijau itu Cakka, yang gondrong itu Ray, yang rambutnya diiket namanya Shilla, trus yang pake bando itu Ify” kata Rio memperkenalkan teman-temannya.
“Siang, tante” sapa mereka serempak.
“Siang” jawab mama Rio.
“Oh ya, tante. Ini Shilla bawain makanan buat tante. Kata Rio, tante paling suka bubur ayam. Makanya Shilla bikinin bubur ayam khusus buat tante” kata Shilla sambil memberikan kotak makanan yang berisi bubur ayam.
“Makasih, Shilla” kata mama Rio. Selama 4 jam, mereka menemani mama Rio. Rio
menyempatkan diri untuk menyuapi mamanya. Setelah itu, mereka pulang.
“Ma, Rio pulang dulu ya” kata Rio.
“Tante, kami pulang dulu” kata teman-teman Rio.
“Iya, hati-hati. Makasih ya..” kata mama Rio. Lalu, mereka berenam pulang. Sampailah mereka di rumah Rio.
“Yo, nyokap lo tadi nggak kayak orang depresi” kata Ray.
“Iya. Gue juga kaget. Perkembangan kesehatan mama pesat” kata Rio. Tiba-tiba Ify berteriak.
“Kenapa, Fy?” tanya Alvin.
“Ify liat dia lagi, kak” kata Ify sambil menangis. Alvin langsung memeluk adik tercintanya itu.
“Gue udah nggak bisa tinggal diam lagi” kata Alvin.
“Guys, gimana kalo malam ini kita semua nginap disini?” tanya Cakka.
“Kita musti nyusun rencana” lanjutnya.
“Oke” jawab Shilla.
“Lo nggak keberatan kan, Yo?” tanya Cakka.
“Nggak, kok” jawab Rio. Rio mengantar Shilla dan Ify ke kamar tamu yang berada di lantai bawah, Cakka dan Ray di kamar tamu yang terletak persis di depan kamar Ify dan Shilla, sedangkan Alvin di kamar Rio. Ketika berjalan menuju kamar Rio, Alvin melewati sebuah kamar.
“Yo, ini kamar siapa?” tanya Alvin.
“Kak Tian” jawab Rio.
“Kak Tian?” tanya Alvin.
“Iya. Kakak gue” jawab Rio.
“Trus, dimana dia sekarang?” tanya Alvin.
“Dia hilang. 3 tahun lalu waktu kita sekeluarga pergi liburan. Sampai sekarang nggak ada kabarnya” jawab Rio. Alvin sangat prihatin pada temannya yang satu ini.
“Sorry, yo” kata Alvin.
“Nggak apa-apa. Yuk, masuk” ajak Rio. Alvin masuk ke kamar Rio. Ia kagum melihat kamar Rio. Kamar itu luas dan besar. Dindingnya berwarna biru muda. Alvin memperhatikan sekeliling kamar Rio. Matanya tertuju pada dua buah pigura foto. Yang satu terpampang foto Rio dan seorang cowok yang lebih tua darinya.
“Pasti itu Tian” pikir Alvin. Satu lagi adalah foto Rio bersama seorang gadi yang seumuran dengannya. Gadis itu sangat cantik.
“Cantiknya. Dia pasti Keke” batin Alvin. Rio mengeluarkan extra bednya.
“Kamar lo keren, yo” puji Alvin.
“Thanks, Vin. Oh ya, taruh aja barang-barang lo disana. Kita ke bawah sekarang” kata Rio. Alvin meletakkan barang-barangnya lalu mengikuti Rio ke lantai bawah.
Di ruang keluarga…
“Oke, gue bener-bener udah nggak tahan lagi sama bayangan yang selalu menghantui kita” kata Cakka.
“Gue juga udah capek berurusan sama bayangan itu” tambah Shilla.
“Sorry, guys. Gue mau jujur sama kalian semua” kata Ify tiba-tiba.
“Kenapa, Fy?” tanya Ray.
“Gue minta maaf karena udah nyembunyiin sesuatu yang besar dari kalian semua” kata Ify sambil menunduk.
“Apa itu, Fy?” tanya Alvin.
“Sebenernya…” kata Ify.
“Sebenernya apa, Fy?” tanya Cakka.
“Sebenernya bayangan hitam itu nggak cuma satu” jawab Ify. Semuanya terkejut, kecuali Rio. Karena dia sudah tahu sebelumnya.
“Kenapa lo baru bilang sekarang, Fy?” tanya Cakka.
“Sorry. Kemarin gue belum yakin sama apa yang gue liat” jawab Ify.
“Berarti bayangan hitam yang menghantui kita wujud aslinya berbeda-beda” komentar Ray.
“Gue baru liat dua sosok aslinya” kata Ify.
“Tiga. Gue juga udah ngeliat bayangan yang selalu menghantui gue” tambah Shilla.
“Kayak apa?” tanya Alvin.
“Sebelumnya, Ify minta kak Alvin jangan sedih, ya” kata Ify. Alvin mengangguk.
“Bayangan yang udah ngebunuh kakak kita mirip banget sama Dea, kak” kata Ify. Alvin terdiam. Ia tidak menyangka nama itu akan muncul kembali dalam hidupnya.
“Satu lagi?” tanya Cakka.
“Mirip sama dia” Ify menunjuk foto Tian.
“Itu siapa, Yo?” tanya Shilla.
“Kak Tian. Kakak gue yang hilang 3 tahun lalu” jawab Rio.
“Yang lo liat, Shil?” tanya Ray.
“Kiki” jawab Shilla. Cakka terbelalak.
“Kiki? Apa hubungan dia sama semua ini?” tanya Cakka.


NEXT PART >>>

Persahabatan dan Kematian part 9

Persahabatan dan Kematian part 9


“emang yg di mimpi lo kaya gimana orang nya ??” tanya alvin kepada shilla
“iya bener, Siapa Shill?” tanya Rio.
“Gue nggak tau siapa dia. Yang jelas dia seorang drummer” jawab Shilla.
“Wah, susah nih” keluh Ify.
“Ya udah, nanti pasti kita bisa nemuin si drummer itu” kata Alvin.
“Shil, kita balik dulu, ya?” kata Cakka. Shilla mengangguk.
“Lo jaga diri, ya” pesan Rio.
“Iya” jawab Shilla. Mereka semua kembali ke rumah Cakka. Karena mobil Ify di parkir disana.
“Thanks, Cak” kata Alvin. Lalu, Alvin dan Rio masuk ke mobil Ify. Ify mengantar Rio pulang. Setelah itu, Ify mengantar Alvin ke kostan Gabriel.
“Kak Alvin, kakak tinggal di rumah Rio aja, kak” kata Ify dalam perjalanan.
“Lho? Kenapa?” tanya Alvin.
“Kak Rio Cuma sendirian di rumah” jawab Ify.
“Lha? Nyokap dia kemana?” tanya Alvin.
“Nyokap kak Rio depresi dan terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa” jawab Ify. Alvin terkejut.
“Yang bener, Fy?” tanya Alvin.
“Iya. Kemarin kak Rio cerita sama Ify” jawab Ify.
“Kemarin? Ngapain kamu ke rumah Rio?” tanya Alvin.
“Eh? Nggak kok. Cuma mampir aja” jawab Ify. Lalu melanjutkan.
“Gimana, kak? Mau nggak kakak nemenin kak Rio di rumahnya?” tanya Ify.
“Boleh, deh. Tapi apa si Rio nggak keberatan?” tanya Alvin.
“Ya nggak lah, kak. Pasti kak Rio seneng. Dia butuh sahabat di samping dia” jawab Ify.
“Oke deh. Eh, Fy kamu suka sama Rio ya?” tanya Alvin.
“Kakak apaan sih? Nggak lagi” jawab Ify. Alvin hanya senyum-senyum. Sampailah mereka di kostan Gabriel. Ify turun menemani Alvin.
“Kak Iyel!!!” panggil Ify.
“Ify? Tumben kesini?” tanya Gabriel.
“Emang nggak boleh?” tanya Ify.
“Ya, nggak gitu juga sih” jawab Gabriel.
“Oh iya, Iyel. Mulai besok gue nggak disini lagi. Gue tinggal di rumah temen gue. thanks ya, selama ini lo udah mau nampung gue disini” kata Alvin.
“Nggak apa-apa, kok Vin. Sesama saudara harus saling membantu” kata Gabriel. Lalu, Ify pamit pulang pada Gabriel dan Alvin.
“Ify, darimana kamu?” tanya papa Ify.
“Eh, papa? Ify baru habis jenguk teman Ify yang sakit” jawab Ify. Lalu, ia langsung menuju kamarnya. Ia mengambil hpnya dan menelepon Rio.
“Ya, Fy. Ada apa?” tanya Rio.
“Kak, lo kan sendirian di rumah. Gue udah minta kak Alvin nemenin lo di rumah” jawab Ify.
“Nemenin gue? Gue bukan anak kecil lagi kali, Fy” kata Rio.
“Ya, gue juga nggak mau kak Alvin tinggal di kostan kak Iyel. Papa kayaknya curiga gara-gara gue main ke tempat kak Iyel terus. Gue nggak mau kak Iyel sama kak Alvin kena marah sama papa” kata Ify.
“Hm..boleh deh. Kapan Alvin pindah ke rumah gue?” tanya Rio.
“Besok” jawab Ify.
“Oke, deh” kata Rio lalu menutup pembicaran dengan Ify.
Malamnya…
Rio tidak bisa tidur. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Firasatnya mengatakan kalau ia harus segera pergi ke tempat Shilla. Rio percaya pada firasatnya. Ia segera memacu motornya ke rumah sakit jiwa tempat Shilla dirawat. Ternyata, firasat Rio benar. Rumah sakit jiwa itu terbakar. Banyak orang disana yang mencoba memadamkan api. Rio berlari menerobos kobaran api dan menyelamatkan Shilla. Tak lama kemudian, mobil pemadam kebakaran pun datang dan berhasil memadamkan api.
“Uhuk..uhuk!!” Shilla terbatuk.
“Shil, bangun. Lo udah selamat” kata Rio. Shilla membuka matanya.
“Rio?” panggil Shilla.
“Lo nggak apa-apa? Gue bawa ke rumah sakit, ya?” tanya Rio.
“Nggak. Nggak usah. Gue udah nggak apa-apa. Cuma luka sedikit” jawab Shilla.
“Ya udah. Kalo gitu lo ke rumah gue aja” kata Rio. Shilla mengangguk. Rio memberikan jaketnya pada Shilla.
“Udah malem. Dingin” kata Rio. Shilla tersenyum. Sesampainya di rumah Rio, Rio mengambil kotak P3K dan mengobati luka Shilla.
“Thanks, Yo” kata Shilla.
“Sama-sama. Malam ini, lo nginap disini aja dulu. Tenang, lo nggak bakal gue apa-apain, kok” kata Rio. Rio mengantarkan Shilla ke kamar tamu.
“Lo tidur disini, kalo ada apa-apa lo teriak aja” kata Rio. Shilla tertawa.
“Bentar. Gue cariin baju buat lo” kata Rio. Ia berlari ke kamarnya, lalu kembali ke kamar tamu.
“Nih, pake baju gue dulu. Sorry kegedean” kata Rio sambil memberikan sehelai baju kaos pada Shilla
“Thanks lagi” kata Shilla. Rio keluar dari kamar tamu. Shilla segera mengganti bajunya. Tak lama kemudian Shilla pun tertidur. Rio yang sudah berada di kamarnya pun langsung tidur.
Paginya…
Terdengar suara orang sedang memasak di dapur. Rio segera berlari ke dapur. Dilihatnya Shilla sedang memasak sarapan pagi.
“Shilla? Lo kan masih sakit?” tanya Rio.
“Lo udah bangun? Sorry gue lancang make dapur lo” jawab Shilla.
“Biar gue aja yang masak” kata Rio.
“Nggak usah, Yo. Lagian lo belum mandi. Mandi dulu sana” kata Shilla. Rio menurut. Setelah Rio selesai mandi, ia dan Shilla sarapan bersama. Ketika mereka sedang sarapan, terdengar bunyi klakson mobil. Rio membuka pintu.
“Hei, Vin, Fy. Masuk, yuk. Ada Shilla juga di dalam” kata Rio. Alvin dan Ify saling berpandangan. Lalu, masuk ke rumah Rio.
“Hai, Alvin, Ify” sapa Shilla.
“Hai, lo kok bisa disini?” tanya Alvin.
“Rio yang bawa gue kesini. Kalian udah sarapan? Kalo belum bareng aja” ajak Shilla. Kebetulan Ify dan Alvin memang belum sarapan. Mereka pun ikut sarapan bersama Rio dan Shilla.
“Yo, kok Shilla lo bawa kesini?” tanya Alvin.
“Lha? Masa dia gue tinggal di puing-puing rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Puing-puing?” tanya Ify.
“Iya. Rumah sakit jiwa tempat Shilla dirawat semalam kebakaran” jawab Rio. Setelah mereka selesai sarapan, Alvin menonton TV, Rio pergi ke kamarnya, Ify dan Shilla membereskan meja makan. Alvin merasakan getaran di hp nya. Ada telepon dari Cakka.
“Ya, Cak?” tanya Alvin.
“Vin, lo dimana?” tanya Cakka.
“Gue di rumah Rio. Ada apa?” tanya Alvin.
“Lo lagi nonton TV nggak? Kalo iya liat channel 7, rumah sakit jiwa tempat Shilla kebakaran semalam” jawab Cakka. Alvin segera mengganti channel TV.
“Vin, lo masih disana, kan?” tanya Cakka.
“Iya, Cak. Semua pasiennya meninggal” jawab Alvin.
“Gue khawatir sama Shilla, Vin” kata Cakka. Suaranya menandakan bahwa ia cemas.
“Lo tenang aja, Cak. Sepupu lo yang cantik itu ada di rumah Rio” kata Alvin.
“Ha? Yang bener lo? Gue kesana sekarang, ya?” kata Cakka. Ia ingin melihat keadaan Shilla.
“Oke, gue tunggu” kata Alvin.
“Kenapa, Vin?” tanya Rio menghampiri Alvin.
“Cakka mau ke sini. Dia mau ngeliat keadaan Shilla” jawab Alvin. Alvin kembali menonton berita bersama Rio. Mereka berdua terkejut melihat sebuah berita yang ditayangkan.
“Ada apa, Vin?” tanya Shilla. Alvin menunjuk ke TV.
“Sebuah kecelakaan telah menimpa band Holmes. Bis yang membawa mereka untuk pergi tur, menabrak pohon. Akibatnya, 4 dari 5 personil dinyatakan tewas. Sedangkan sang drummer, Ray berhasil selamat dari kecelakaan maut itu. Ray mengalami luka pada bagian kepala. Sekarang Ray masih dirawat di rumah sakit. Polisi masih mencari sopir bis yang dianggap lalai mengemudikan bis tersebut” kata penyiar berita itu. Sebuah foto diperlihatkan di layar TV.
“Itu cowok yang ada dalam mimpi gue” kata Shilla. Tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil. Itu mobil Cakka.
“Cak, kita udah tau siapa cowok yang ada di mimpi Shilla” kata Alvin.
“Siapa?” tanya Cakka.
“Raynald, drummer band Holmes. Sekarang dia ada di rumah sakit” jawab Ify.
“Kita ke rumah sakit sekarang?” tanya Shilla.
“Iya” kata Rio. Mereka semua pergi menuju rumah sakit dengan mobil Cakka. Ify sempat melihat nama rumah sakit tempat Ray dirawat saat melihat tayangan berita tadi.
Sesampainya di rumah sakit…
“Permisi, suster. Korban kecelakaan bus kemarin dirawat di kamar nomer berapa?” tanya Alvin.
“Namanya siapa, ya?” tanya suster itu.
“Ray. Muhammad Raynald Prasetya” jawab Shilla.
“Sebentar. Muhammad Raynald Prasetya di kamar VIP 57” kata suster itu. Rio cs segera menuju ke kamar VIP 57 yang terletak di lantai 3. Ify mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Alvin membuka pintu kamar itu. Kamar itu kosong. Alvin melihat ke balkon kamar. Seorang cowok seumurannya sedang berusaha memanjat ke atas pagar balkon. Cowok itu berniat bunuh diri..


NEXT PART >>>

Persahabatan dan Kematian (Part 8)

Persahabatan dan Kematian (Part 8)


Rio membuka matanya. Ia berada dalam sebuah kamar yang sangat besar.
“Gue dimana?” gumam Rio.
“Lo ada di rumah gue” jawab seorang cowok. Rio seperti pernah melihat cowok itu. ia seorang anak pengusaha ternama.
“Lo? Kalo nggak salah lo itu Cakka Kawekas Nuraga, kan?” tanya Rio. Cowok itu tersenyum.
“Iya, gue Cakka” jawab Cakka. Lalu melanjutkan.
“Tadi lo pingsan di jalan, trus gue bawa kesini” kata Cakka.
“Makasih atas bantuan lo” kata Rio. Ia berdiri dan bermaksud untuk pulang. Tapi, Cakka menahannya.
“Bayangan hitam” kata Cakka.
“Kok lo tau soal itu?” tanya Rio.
“Lo tadi ngigau manggil nama Keke, Deva, papa dan terakhir bayangan hitam sialan” jawab Cakka.
“Gue juga ngeliat bayangan itu sebelum orang yang paling gue sayang tewas mengenaskan” lanjut Cakka.
“Siapa?” tanya Rio.
“Pelayan pribadi gue yang udah ngerawat gue dari gue kecil. 3 hari yang lalu, gue nemuin dia udah tewas di gudang bawah tanah” jawab Cakka. Pandangan matanya kosong.
“Bayangan hitam itu juga udah ngerenggut semua kebahagiaan dalam hidup gue. Pertama, dia ngebunuh cewek gue, lalu sahabat gue dari kecil, dan terakhir bokap gue.
Gara-gara itu, nyokap gue sekarang depresi dan harus masuk rumah sakit jiwa” jelas Rio. Cakka terkejut mendengar cerita Rio. Ia tidak menyangka ada orang yang lebih menderita daripada dia.
“Sorry, gue nggak..” kata-kata Cakka terputus.
“It’s OK. Oh ya, gue Rio” kata Rio memperkenalkan diri.
“Gue Cakka. Lo udah tau, kan? Ini, minum obat dulu” kata Cakka sambil memberikan obat dan segelas air putih pada Rio.
“Thanks” Rio meminum obat yang diberikan Cakka.
“Gue pulang dulu. Makasih atas bantuan lo” kata Rio
“Lo boleh datang ke sini kapan aja, Yo. Pintu rumah gue selalu terbuka untuk lo” kata Cakka.
“Thanks. Cak. Lo tinggal sama siapa di rumah segede ini ?” tanya Rio.
“Sama pembantu dan sopir gue” jawab Cakka.
“Besok gue ke sini lagi. Sekali lagi makasih, ya” kata Rio. Rio pulang ke rumahnya.
“Alvin dan Cakka. Udah dua orang yang punya tragedi sama ama gue. Tapi, sampai sekarang gue nggak bisa nemuin cewek yang ada di dalam mimpi gue” gumam Rio. Tiba-tiba, hp nya berbunyi.
“Halo?” kata Rio.
“Halo? Kak Rio, ini Ify. Ada yang mau gue omongin, kak” kata Ify.
“Oh, ya udah. Kita ketemu dimana?” tanya Rio.
“Gue aja yang ke rumah lo, kak. Alamatnya dimana?” tanya Ify.
“Perumahan Asri blok B nomer 5” jawab Rio.
“Ya udah, gue kesana sekarang” kata Ify. 10 menit kemudian, terdengarlah suara klakson mobil. Rio membuka pagar. Terlihat sebuah mobil jazz sport warna biru. Tak lama kemudian, turunlah seorang gadis. Dialah Ify.
“Masuk, Fy” ajak Rio. Ify masuk ke rumah Rio. Ia kagum melihat rumah Rio yang besar dan
rapi.
“Rumah lo rapi banget, kak” puji Ify.
“Thanks, Fy” jawab Rio. Ia pergi menuju dapur untuk mengambil minuman untuk Ify. Sementara Rio mengambil minum, Ify melihat-lihat foto keluarga Rio. Ia terkejut melihat foto seorang cowok yang berdiri di samping Rio.
“Minum dulu, Fy” kata Rio sambil membawa segelas jus jeruk untuk Ify. Ify segera duduk di sofa ruang tamu Rio dan meminum minumannya sedikit.
“Nyokap lo mana, kak?’ tanya Ify.
“Dirawat di rumah sakit jiwa” jawab Rio.
“Ha? Kok gitu?” tanya Ify.
“Mama depresi berat. Dan dia musti terapi dan dapet pengawasan dari dokter” jawab Rio.
“Oh ya, apa yang mau lo omongin ke gue?” lanjut Rio.
“Gue yakin sama yang gue omongin ke lo kemarin ini, kak” kata Ify.
“Bahwa bayangan hitam itu nggak cuma satu?” tanya Rio. Ify mengangguk.
“Gue ngeliat mereka lagi. Bayangan yang punya sosok cewek mirip banget sama Dea, sahabat kak Alvin”
jawab Ify.
“Yang satu lagi?” tanya Rio. Ify menggeleng.
“Yang gue tau yang satu lagi wujud aslinya cowok. Mirip sama dia” Ify menunjuk ke sebuah foto. Foto Rio dan seorang cowok yang lebih tua darinya.
“Kak Tian?” tanya Rio. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ify.
“Kak Tian itu siapa lo, kak?” tanya Ify.
“Kakak gue. Dia udah lama hilang” jawab Rio.
“Hilang?” tanya Ify.
“Iya. Waktu kita sekeluarga pergi liburan 3 tahun lalu” jawab Rio. Rio tak menyangka Tian ada hubungan dengan semua ini.
“Lo udah kasih tau Alvin soal ini?” tanya Rio.
“Belum, kak. Gue takut luka hati kak Alvin kebuka lagi” jawab Ify. Rio mengerti.
“Oh ya, lo tau Cakka Kawekas Nuraga, kan? Anak pemilik Nuraga Company?” tanya Rio.
“Iya, kak. Emang kenapa?” tanya Ify balik.
“Dia juga sama ama gue dan kakak lo” jawab Rio.
“Maksud kakak?” tanya Ify lagi.
“Dia juga ngeliat bayangan hitam itu” jawab Rio.
“Kita harus kasih tau kak Alvin” kata Ify.
“Besok lo bawa Alvin kesini” kata Rio.
“Oke, kak. Ya udah, gue pulang dulu ya, kak” pamit Ify. Rio mengantar Ify sampai ke pintu depan. Lalu, ia masuk kembali kedalam rumah.
Keesokan harinya di rumah Rio…
“Cakka? Cakka Kawekas Nuraga itu?” tanya Alvin.
“Iya, Vin. Sekarang kita ke rumah Cakka” jawab Rio.
“Tunggu. Lo tau rumah dia, kak?” tanya Ify.
“Iya, kemarin dia nolong gue waktu gue pingsan di jalan” jawab Rio. Mereka bertiga berangkat menuju rumah Cakka.
“Hai, Rio. Silahkan masuk” kata Cakka. Rio, Alvin dan Ify masuk ke dalam rumah Cakka.
“Mereka siapa, Yo?” tanya Cakka.
“Ini Alvin dan adeknya, Ify” jawab Rio.
“Hai, gue Alvin” kata Alvin.
“Gue Ify” kata Ify.
“Hai, Vin, Fy” kata Cakka.
“Cak, mereka berdua juga ngeliat bayangan itu. Bahkan, Ify udah ngeliat wujud aslinya” kata Rio.
“Ha?” Cakka tidak percaya.
“Ify bisa ngeliat hal-hal yang nggak bisa kita liat, Cak” kata Alvin.
“Mirip Shilla” gumam Cakka.
“Siapa, Cak?” tanya Ify.
“Shilla. Sepupu gue. Dia juga punya indra keenam” jawab Cakka.
“Trus dia dimana sekarang?” tanya Rio.
“Di rumah sakit jiwa. Dia dianggap gila sama keluarganya” jawab Cakka.
“Lo punya fotonya?” tanya Rio. Ia teringat dengan cewek pasien rumah sakit jiwa yang ada dalam mimpinya. Cakka mengangguk dan mengambil sebuah foto dari kamarnya. Ia memperlihatkan pada Rio.
“Dia!! Dia yang ada dalam mimpi gue. Ini cewek itu, Vin” kata Rio.
“Lo bisa anterin kita ke rumah sakit tempat dia dirawat?” tanya Alvin. Cakka mengangguk. Kali ini mereka pergi dengan mobil Cakka. Sampailah mereka di sebuah rumah sakit jiwa yang sepertinya kurang terawat.
“ Untung mama nggak dirawat disini” batin Rio.
“Disini, Cak?” tanya Rio. Cakka mengangguk. Mereka menuju sebuah kamar. Ketika pintu kamar itu dibuka, terlihatlah seorang gadis yang sedang duduk di atas tempat tidur.
Pandangan matanya sayu dan kosong.
“Shilla” panggil Cakka. Gadis itu menoleh.
“Cakka?” tanya gadis yang dipanggil Shilla itu.
“Iya, ini gue. Gimana keadaan lo, Shil?” tanya Cakka.
“Gue tadi dikasih obat penenang lagi, Cak. Badan gue nggak kuat nahan zat obat itu” jawab Shilla. Rio, Alvin dan Ify terkejut melihat kondisi Shilla.
“Lo ngeliat bayangan itu lagi?” tanya Cakka.
“Iya. Dan waktu gue teriak minta tolong, mereka malah nyuntikin obat penenang ke gue” Shilla menangis. Cakka memeluk sepupu tercintanya itu.
“Oh iya, gue bawa temen nih” kata Cakka sambil menghapus airmata Shilla.
“Hai, Shil” sapa Rio, Alvin dan Ify.
“Hai” kata Shilla.
“Gue Rio, ini Alvin dan ini Ify” kata Rio memperkenalkan dirinya dan teman-temannya pada Shilla.
“Rio, gue turut berduka, ya. Atas kepergian cewek, sahabat dan bokap lo” kata Shilla.
“Alvin dan Ify, gue turut berduka atas kepergian kakak kalian” lanjut Shilla.
“Kok lo bisa tau?” tanya Rio.
“Shilla bisa liat kenangan duka setiap orang” jawab Cakka.
“Duka?” tanya Alvin.
“Iya. Cuma kejadian duka. Gara-gara ini gue di masukin kesini” jawab Shilla.
“Lo harus kabur dari sini, Shil” kata Ify. Shilla tersenyum.
“Makasih, Fy. Tapi, setiap gue mau kabur dari sini, dia muncul” kata Shilla.
“Dia?” tanya Alvin.
“Bayangan sialan itu. Dia selalu menghantui gue” jawab Shilla. Semuanya terdiam. Lalu, Rio mengalihkan pembicaraan.
“Shil, lo adalah cewek yang ada dalam mimpi gue” kata Rio.
“Tandanya lo harus nemuin orang yang ada dalam mimpi lo” jawab Shilla.
“Dan gue udah berhasil nemuin lo” tambah Rio.
“Sekarang kita semuanya udah berkumpul” kata Ify.
“Nggak, belum semuanya. Gue belum nemuin cowok yang ada dalam mimpi gue” kata Shilla.


NEXT PART >>>