Sabtu, 20 Oktober 2012

Persahabatan dan Kematian (Part. 4)

Persahabatan dan Kematian (Part. 4)


Rio tak kuasa melihat Keke. Seketika itu juga teman-teman Rio mengerumuninya. Mereka semua terkejut. Beberapa di antara mereka ada yang berteriak histeris. Kak Winda segera menghubungi ambulans dan memutuskan untuk pulang malam itu juga. Akhirnya, kegiatan itu berakhir dengan tragis. Malam itu, jenazah Keke segera di urus
Hari pemakaman Keke…
“Rio, hari ini Keke dimakamkan. Kamu nggak mau ngantar dia ke tempat terakhirnya?” tanya mama Rio.
“Nggak, ma. Rio nggak kuat” jawab Rio.
“Rio, mama tau gimana perasaan kamu sekarang. Tapi, antarlah Keke untuk terakhir kalinya” ujar mama Rio. Dengan berat hati, Rio mengangguk. Ia ganti baju dan pergi ke pemakaman Keke bersama mamanya.
Di pemakaman…
“Ke, maafin gue karena gue nggak bisa jadi pacar yang baik buat lo. Gue bersumpah akan mencari tau siapa yang tega bikin lo kayak gini” kata Rio di samping nisan Keke.
“Rio, ayo pulang” ajak mamanya.
“Mama duluan aja. Nanti Rio nyusul” jawab Rio. Mama Rio pergi meninggalkan Rio di makam Keke.
“Ke, mungkin gue nggak bisa lagi ke rumah lo. Mungkin gue nggak bisa lagi ketawa-ketiwi bareng lo kayak dulu lagi. Tapi gue janji hati gue akan selalu jadi milik lo” kata Rio. Airmata Rio menetes membasahi makam Keke. Setelah itu, Rio pulang.
Keesokan harinya…
“Rio, kamu nggak ke sekolah?” tanya mama Rio.
“Males, ma” jawab Rio.
“Rio, kamu harus pergi ke sekolah” kata seorang lelaki yang berdiri di samping mama Rio. Yang tidak lain adalah papa Rio.
“Pa?” kata Rio.
“Bagaimanapun juga kamu harus pergi sekolah, Rio. Kamu nggak bisa kayak gini terus” jawab papa Rio.
“Rio nggak mau pergi hari ini, pa, ma. Please ngertiin Rio” kata Rio. Mama dan papa Rio tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Terpaksa mereka berdua meninggalkan Rio sendiri di kamarnya.
Hari itu dihabiskan Rio dengan merenung dan mengenang semua hal-hal yang telah ia lewati bersama Keke. Tanpa sadar airmata Rio menetes lagi.
Ia segera sadar dari lamunannya dan mengambil jaket plus kunci motor. Tanpa pamit, ia pergi meninggalkan rumah.
Rio memacu motor sekencang-kencangnya. Tak peduli apa yang akan terjadi padanya. Beberapa menit kemudian, ia menghentikan motornya di sebuah taman yang ditengahnya terdapat danau yang indah. Disinilah, ia dan Keke bersama merayakan ulang tahun terakhir Keke.
“Keke!!! gue kangen sama lo!!” teriak Rio. Ia berlutut di taman itu dan melampiaskan seluruh emosinya. Ia menangis sejadi-jadinya disana. Saat ia merasa sudah agak puas, ia bermaksud pergi dari sana. Tiba-tiba, ia melihat seorang cowok berjalan di pinggir danau. Lalu, cowok itu pingsan. Rio yang melihat itu, segera berlari meuju tempat cowok itu.
“Hei, hei!! Bangun!! Hei!!” Rio menggoncan-goncagkan tubuh cowok itu. Tak lama kemudian, cowok itu bangun.
“Ng? Gue dimana?” tanya cowok itu.
“Di pinggir danau. Lo pingsan barusan” jawab Rio. Cowok itu segera duduk.
“Thanks udah nolongin gue. Gue Alvin” kata cowok itu yang ternyata bernama Alvin
“Sama-sama. Gue Rio. Oh ya, kok lo ada disini?” tanya Rio.
“Gue pergi dari upacara pemakaman kakak gue” jawab cowok itu.
“Pergi?” tanya Rio.
“Iya. Gue dituduh udah ngebunuh kakak gue sendiri karena kakak gue meninggal di depan mata gue sendiri” jawab Alvin.
“Ha?” Rio tidak percaya.
“Gue nggak bakal ngerelain kepergian kakak gue. Bayangan hitam sialan itu yang udah bikin kakak gue meninggal” kata Alvin sambil menatap ke arah danau. Tatapannya sangat menyakitkan. Penuh Emosi.
“Bayangan hitam?” tanya Rio.
“Bayangan yang selalu menghantui gue. Sebelum kakak gue meninggal, gue ngeliat banyak bercak darah di baju kakak gue” jawab Alvin. Rio tidak menyangka pengalaman Alvin sama dengannya.
“Gue juga ngalamin hal yang sama dengan lo” kata Rio.
“Maksud lo?” tanya Alvin
“Cewek gue meninggal 2 hari yang lalu. Akhir-akhir ini gue sering ngeliat bayangan hitam bermata merah lewat di hadapan gue. Sebelum cewek gue meninggal, gue juga ngeliat bercak darah di bajunya” kata Rio dengan mata sendu. Alvin menepuk bahu Rio.
“Gue turut berduka, Yo. Gue udah bersumpah demi kakak gue, gue akan balas kematian kakak gue. Gue nggak bisa tinggal diam. Bayangan hitam itu udah bikin hidup gue menderita” kata Alvin.
“Gue juga, Vin” jawab Rio.
“Tapi sampai detik ini gue nggak tau apa maksud bercak darah itu” kata Alvin. Rio terdiam.
“Gue juga nggak tau, Vin. Selain di cewek gue, gue juga ngeliat bercak itu di baju sobat gue, Deva” kata Rio.
“Apa maksud semua ini?” tanya Alvin.
“Entahlah. Beberapa hari terakhir ini, gue terus mimpi aneh. Banyak bercak darah dalam mimpi gue. Terakhir kalinya, gue ngeliat seorang cewek pasien rumah sakit jiwa di mimpi
gue” jawab Rio.
“Gue juga mimpi kayak gitu. Kemarin sebelum kakak gue meninggal, gue mimpi ada seorang cowok berdiri di bawah pohon besar di tengah hutan. Dan orang itu mirip banget sama lo” kata Alvin. Rio
tampak berpikir.
“Mungkin itu emang gue. Vin, lo ikut gue sekarang” kata Rio mengajak Alvin. Mereka berdua pergi ke hutan tempat kegiatan Rio
kemarin. Memang perjalanan yang cukup lama.
“Kita kemana, Yo?” tanya Alvin.
“Ke tempat yang lo liat di mimpi lo” jawab Rio. Mereka berdua pun sampai di sebuah hutan. Rio mengajak Alvin ke lokasi pohon besar tempat mayat Keke ditemukan.
“Ini pohon yang lo liat, Vin?” tanya Rio.
“Iya, Yo. Persis banget sama yang ada dalam mimpi gue, dan lo yang ada dalam mimpi gue” jawab Alvin.
“Lo udah nemuin gue. Dan artinya, gue harus nemuin cewek yang ada dalam mimpi gue” kata Rio.


NEXT PART >>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar