Sabtu, 20 Oktober 2012

Persahabatan dan Kematian (Part 5)

Persahabatan dan Kematian (Part 5)


Rio dan Alvin bingung gmna caranya nemuin cewek yg di dalam mimpi rio..
“kita harus ke rumah sakit jiwa yang di huni sama cewe yg dalem mimpi gue..”
“Tapi, dia ada di rumah sakit jiwa mana? Kita kan nggak tau” tanya Alvin.
“Lo bener, Vin. Gue harus mikirin gimana cara supaya gue bisa ketemu sama tu cewek” jawab Alvin.
“Kita pulang sekarang?” tanya Rio. Alvin mengangguk.
“Rumah lo dimana, Vin?” tanya Rio.
“Gue nggak akan balik ke rumah, Yo” jawab Alvin. Rio tampak berpikir.
“Lo tinggal di rumah gue aja, Vin” ajak Rio. Alvin menggeleng.
“Nggak usah, Yo. Makasih. Lo anterin gue ke makam kakak gue aja” jawab Alvin. Rio terpaksa menuruti permintaan Alvin. Ia mengantarkan Alvin ke makam kakak Alvin.
“Makasih, Yo. Lo pulang aja, gue nggak apa-apa kok” kata Alvin.
“Kalo gue pengin ketemu lo lagi, gue harus nyari lo kemana, Vin?” tanya Rio.
“Lo bisa nyari gue di taman” jawab Alvin. Lalu, Rio meninggalkan Alvin
di makam kakaknya.
Di depan rumah Rio sore itu…
“Rio!!!” panggil seseorang yang ternyata adalah Deva. Deva tampak aneh.
“Deva!” jawab Rio. Begitu Rio melihat Deva, Ia terkejut karena ia melihat bercak darah di baju Deva.
“Gue kangen banget sama lo, sob” ujar Deva.
“Ngapain lo kesini, Dev?” tanya Rio menyembunyikan keterkejutannya.
“Mau ngeliat keadaan lo” jawab Deva.
“Gue baik-baik aja kok, Dev” kata Rio.
“Beneran?” tanya Deva.
“Iya. Eh, lo nggak masuk dulu?” tanya Rio. Deva menggeleng.
“Nggak usah, Yo. Gue langsung pulang aja, ya. Gue kesini Cuma mau liat keadaan lo” jawab Deva.
“Oke. Hati-hati” kata Rio.
“Sip. Besok lo harus masuk ya, Yo” kata Deva.
“Oke” jawab Rio. Deva meninggalkan rumah Rio. Setelah Deva pulang, Rio masuk ke dalam rumahnya.
“Rio, darimana kamu?” tanya papa Rio.
“Nenangin diri, pa” jawab Rio.
“Papa harap besok kamu mau masuk sekolah” kata papa Rio.
“Iya, pa. Besok Rio bakalan masuk” jawab Rio. Rio berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Rio membaringkan badannya di tempat tidur.
“Hah…terlau banyak beban hari ini. Gue harus istirahat. Ke, gue tidur dulu” kata Rio sambil mencium foto Keke. Tak lama kemudian, Rio tertidur. Kali ini, mimpi itu tidak menghantuinya lagi. Sekitar jam 9 malam Rio terbangun.
“Gue nggak mimpiin itu lagi” batin Rio senang. Tiba-tiba, handphone Rio berbunyi. Ada telepon dari ibunya Deva.
“Halo, tante?” kata Rio.
“Rio, Deva ada di rumah kamu?” tanya ibu Deva.
“Tadi sore, Deva emang ke rumah Rio, tante. Tapi, sekitar jam 6, dia udah pulang” jawab Rio.
“Aduh, keluyuran kemana lagi itu anak. Ya udah, makasih Rio” kata ibu Deva.
“Tante, tunggu. Emangnya ada apa, tante?” tanya Rio.
“Deva belum pulang, Rio. Udah tante telfon-telfon tapi nggak diangkat. Tante sama om sangat khawatir. Kamu bisa bantuin tante nyari dia?” jawab ibu Deva.
“Pasti, tante. Rio pasti bantuin tante” kata Rio. Lalu, Rio mengambil kunci motor dan pamit pada orangtuanya. Setelah itu, Rio pergi mencari Deva.
“Deva, lo kemana sih?” batin Rio. Baru saja ia sampai di perempatan jalan kompleksnya, ia melihat Deva.
“Deva!” panggil Rio. Deva tidak menoleh sedikit pun. Rio turun dari motornya dan menghampiri Deva.
“Deva!” Rio menarik tangan Deva. Ia melihat mata Deva yang berwarna merah. Ia seperti orang bingung. Deva memukul wajah Rio dan mendorongnya hingga Rio terjatuh. (BUUKKK) Rio sangat terkejut dengan sikap sahabatnya yang satu ini. Setelah memukul dan mendorong Rio,
Deva terus berjalan seperti orang bingung. Rio berdiri dan memanggil Deva.
“Deva, berhenti!!!” seru Rio. Deva menghentikan langkahnya.
“Deva, lo kenapa? Ini bukan lo, Dev. Apa yang ter..” belum selesai Rio berbicara ia melihat sesosok bayangan hitam lewat di depan Deva. Seiring
menghilangnya bayangan itu, Deva terjatuh. Rio segera menghampiri Deva. Betapa kagetnya Rio
ketika melihat Deva seperti habis diterkam binatang buas. Banyak cakaran di tubuhnya. Deva sudah tidak bernyawa lagi. Ia meninggal.
“Tolong!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Rio. Beberapa orang keluar dari rumah mereka dan segera menolong Rio membawa Deva ke rumah sakit. Rio segera menelepon orang tua
Deva. Ibu Deva datang ke rumah sakit langsung menangis histeris. Ayah Deva
menenangkan ibu Deva walaupun ia sendiri tak kuasa menahan airmata. Tak lama
kemudian, papa dan mama Rio datang. Mereka mencoba menenangkan orangtua Deva. Malam itu, suasana duka menyelimuti orangtua Deva. Duka yang amat dalam juga dirasakan oleh Rio.
Setelah ia kehilangan Keke, kini ia harus menghadapi kenyataan kalau Deva,
sahabatnya juga meninggal dalam keadaan tragis di depan matanya sendiri.
“Rio, ayo pulang” ajak papanya.
“Nanti aja, pa. Rio mau nemenin Deva” kata Rio.
“Rio, sayang. Kamu turutin kata papa kamu. Kamu butuh istirahat. Besok kita hadiri pemakaman Deva sama-sama, ya” kata mama Rio.
Kali ini, Rio harus menurut. Ia meninggalkan
rumah sakit dalam keadaan batin yang teriris-iris. Sesampainya di rumah, tiba-tiba Rio jatuh pingsan..



NEXT PART >>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar